"Aku telah selesai," bisiknya nyaris tidak terdengar. Wajahnya pucat pasi. Tangannya gemetar. Napasnya tidak beraturan. Sesaat kemudian perempuan itu ambruk di lantai tua kotor berkerak debu. Bajunya penuh dengan bercak darah. Pisau yang ada di genggamannya jatuh ke lantai menghasilkan bunyi dentangan yang nyaring bersaing dengan suara gemerisik air hujan yang begitu deras. Tembok lembab berlumut menjadi saksi kejadian malam itu.  Â
Angga bergeming. Berdiri memaku di tempatnya. Bajunya basah kuyup. Pikirannya kacau. Tidak menyangka jika gadis yang sangat dicintainya tega mengambil jalan yang di luar nalar. Rasanya terlalu kotor jika mahluk secantik dan selembut Ayu tega melakukan perbuatan kriminal paling menyakitkan.
Ia memang benci kepada Wahyu, tetapi ia tidak menyangka jika Ayu akan betul-betul melakukannya. Rasa sesal meliputi pikirannya. Mengapa ia datang terlambat sehingga tidak dapat menghentikan semuanya.
Dengan langkah gontai, Angga mendekati jasad Wahyu yang tergeletak di dekat sova lusuh. Baju biru mudanya penuh darah. Bau amis menyengat. Kondisi Wahyu sangat mengenaskan.
Angga yang lemas duduk di kursi itu. Menyesali segalanya. Wahyu adalah temannya sejak duduk di bangku SMA. Mereka memang bukan sahabat baik. Namun mereka cukup lama berteman.Â
Angga kenal baik dengan Wahyu. Jika saja Wahyu tidak suka main perempuan, maka ia akan sangat menyenangi temannya itu. Sikapnya yang supel kepada semua orang disenangi Angga. Namun jika sudah urusan main perempuan Angga paling membencinya dan memilih untuk tidak terlalu peduli lagi dengan pertemanna mereka.
Dua tahun lebih pertemanan mereka renggang. Sejak Angga mengetahui jika Wahyu menyukai Ayu. Angga tidak pernah tahan ketika Ayu berkali-kali mengeluh bahwa Wahyu menggodanya dengan berbagai cara bahkan nyaris melakukan perbuatan asusila di depan umum.
Bersyukur, kebencian yang memuncak di kepala Angga tidak lantas menghilangkan akal sehatnya. Ia masih waras dan berusaha meredam segala emosi yang ada. Walaupun perasaannya teramat sakit ketika perempuan yang sangat dicintainya diperlakukan dengan buruk, karena telah menolak cintanya.
"Angga, jangan marah sama aku ya," suara Ayu di tengah isak tangisnya satu tahun lalu ketika mereka bertemu melepas rindu. Hubungan jarak jauh yang mereka jalani membuat keduanya harus bekerja keras untuk saling menjaga kepercayaan.
"Kenapa, Yu?" tanya Angga dengan lembut.