Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menulis di Blog Pribadi https://ruangpena.id/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Antara Kesetiaan dan Dendam Perempuan

11 Agustus 2021   19:40 Diperbarui: 11 Agustus 2021   19:41 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ayu bergeming. Kepalanya tertunduk  air matanya mulai menetes perlahan membasahi pipinya. Tak lama kemudian Ayu berhambur ke pelukan, menangis sejadinya.

Wahyu telah mempermalukannya di depan umum. Ayu bekerja di kantor yang sama dibuat malu oleh lelaki itu. Sekali lagi Wahyu menyatakan cinta kepada Ayu di acara ulang tahun perusahaan. Lantas Ayu menolak dengan alasan sudah memiliki kekasih. Namun Wahyu tidak terima, kali ketiga ia menyatakan cintanya kembali mendapatkan penolakan. Sampai akhirnya Wahyu berteriak di depan umum, bahwa suatu saat ia akan berhasil meniduri Ayu. Setelah kejadian itu Ayu selalu ada di dalam bayang-bayang ancaman Wahyu.

Angga sendiri telah menyarankan untuk Ayu pindah kerja. Akan tetapi ikatan kontrak kerja dan kebutuhan pengobatan ibu dan sekolah adik-adiknya membuat Ayu tidak punya pilihan. Mau tidak mau Ayu harus tetap bertahan di sana, setidaknya sampai kontrak kerja habis. Angga pun tidak bisa berbuat apa-apa.

Sampai suatu hari Ayu datang menangis mendapat kabar yang sangat memilukan bagi dirinya. Ketika Angga memilih untuk pergi menjauh untuk mencari pekerjaan yang lebih menjanjikan demi agar secepatnya menikahi dan menyelamatkan Ayu dan keluarganya. Sepeninggalan Angga pergi keluar kota, ternyata Wahyu semakin semena-mena. Memaksa Ayu menerima cintanya. Wahyu datang ke rumah Ayu dan melamar gadis itu di depan sang ibu yang sakitnya semakin parah.

Wahyu menjanjikan biaya pengobatan Ibu, membuat Ayu tidak memiliki pilihan lain selain menerimanya demi kesembuhan ibunya. Ayu dan Wahyu akhirnya bertunangan. Hal itulah yang menggiring Ayu datang menemui Angga ketika kembali ke kota mereka.

"Kenapa kamu tidak pernah memberiku kabar?"

"Aku tidak punya pilihan lain. Ancaman Wahyu lebih besar daripada perlindungan yang aku dapatkan dari lelaki yang mengaku kekasihku."

Kalimat Ayu tersebut begitu menohok. Memang benar, selama ini Angga hanya mampu mengingatkan Ayu untuk lebih berhati-hati dengan Wahyu. Tanpa bisa melakukan perlindungan yang benar-benar nyata.

Angga benci dengan ketidak berdayaannya. Bahkan kini ia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri. Karena ketidakmampuannya menolong Ayu, gadisnya itu telah nekat menghabisi nyawa seseorang.

"Aku sudah tidak tahan lagi Angga...." Isak tangis Ayu sore tadi di ujung telepon.

"Apa yang Wahyu lakukan kepadamu? Jelaskan padaku!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun