Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menulis di Blog Pribadi https://ruangpena.id/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menangani Kecanduan Gawai pada Anak

25 Mei 2020   21:35 Diperbarui: 25 Mei 2020   21:33 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sayang, simpan dulu gawaimu." Kalimat itu yang sering sekali saya ucapkan pada anak, ketika dia terlalu sibuk dengan gawainya. Gawai yang sebenarnya kepunyaanku yang tidak sengaja tergeletak sembarangan. Anak depalat tahun itu diam-diam mengambik kesempatan baik itu. Menggunakan gawai tanpa izin, sejenak kemudian larut dalam kesibukan main game. Kebijakan untuk belajar di rumah dan libur lebaran memberikan banyak ruang untuk bermain gawai dibandingkan saat memiliki jadwal sekolah normal.

Dia tersenyum. Namun tagannya tidak melepaskan gawai itu. Sejenak kemudian dia pun asik kembali dengan permainan yang baru saja diinstalnya. 

"Aku senang dengan mainan ini, akan aku selesaikan dulu, nanti baru aku simpan," jawabnya membuat kesal.

Sejenak kemudian saya berpikir keras, apa yang membuatnya begitu asik dengan gawai. Dia memang nurut ketika diminta untuk meletakan gawai, atau dilarang main game. Namun kepatuhannya tidak diikuti dengan kesadaran. Dia hanya berhenti ketika dilarang, dan kembali mengulanginya ketika kami sebagi orangtuanya lengah.

Perenungan pun dilakukan. Selain karena takut mengganggu kesehatan mata anak, kebiasaan main gawai juga dikhawatirkan akan mengakibatkan pengaruh buruk pada perkembangan anak. 

Ketakutan pun semakin besar, akhirnya saya membaca beberapa literatur dan bahan bacaan yang menyajikan informasi tentang bahaya gawai/gadget untuk perkebangan anak. Di antara bahaya yang ditimbulkan di antaranya adalah: 1) menghambat pertumbuhan otak, 2) kurang tidur, 3) menimbulkan obesitas, dan 4) kelainan mental, 5) gangguan belajar, 6) radiasi emisi, 7) pikun digital, 8) sifat agresif dan 10) kecanduan gadget. 

Sepuluh akibat yang sangat mencengangkan. Bahaya tersebut memang sudah menjadi momok menakutkan bagi saya, tetapi bacaan-bacaan yang saya temukan menambah keyakinan saya bahwa memang anak dan gawai tidak boleh bersahabat. 

Akhirnya saya mencoba beberapa cara untuk mengurangi bahkan menghilangkan ketergantungan anak terhadap "setan gepeng" tersebut. Meskipun belun sepenuhnya berhasil, tapi alhamdulillah sudah memberikan hasil yang memuaskan. 

Frekuensi mulai berkurang, keinginan anak untuk mencoba hal-hal  baru pun lebih muncul. Karena sebelumnya ruang gerak anak seolah terbatas, hanya duduk dengan gawai di genggamannya. 

Hal yang saya lakukan sehingga ingin berbagi dengan pembaca adalah:

1. Bangun komunikasi yang baik dengan anak

Anak yang lebih sibuk dengan gawai, bisa jadi adalah anak yang kurang perhatian dari orangtuanya. Dia tidak memilikiteman untuk ngobrol dan menceritakan banyak hal tentang pengalaman dan keinginannya. 

Bangulah komunikasi dengan baik, ajak anak untuk bercicara, bercengkrama, dan bercanda dalam hangatnya canda tawa. Dengan demikian hati akan akan mulai terisi. Bermain dan bercengkrama dengan ayah dan bundanya bahkan jauh lebih menarik daripada sekadar bermain game di gawai.

2. Letakan gawai saat bersama anak

Kebanyakan orangtua melarang anaknya bermain gawai, tetapi dia sendiri tidak bisa lepas dari benda tersebut. Tidak sedikit bahkan orangtua yang berbicara dengan anaknya dengan pandangan yang tetap fokus pada ponsel pintarnya. Letakan gawai Anda dan mulailah menatap matanya, ajak ia bicara hal apa saja yang menyenangkan.  

3.  Menciptakan suasana rumah yang menyenangkan

Ketika rumah membosankan, maka main gawai adalah satu-satunya pilihan yang paling menarik. Ketika televisi tidak diperbolehkan menyala, anak-anak hanya bisa diam tanpa mengerjakan apapun. Akhirnya mereka memilih memainkan ponsel pintarnya, memainkan game yang bisa dengan mudah diinstal dan digantu-ganti. 

Ciptakan suasana rumah yang menyengakan. Misalkan dengan mengubah suasana yang menarik perhatiannya, membuat pojok baca, menggeser beberapa perabotan yang terkesesan membosankan atau mengganti warna cat kamar anak dan membubukan dekorasi semenarik mungkin . 

Ketika denah rumah dan peralatannya berubah, diharapkan bisa mengalihkan perhatian anak dan merasa betah di rumah walau tidak mmainkan ponsel pintar.     

4. Mengajaknya jalan-jalan

Katkan [pdanya, "sayang simpan dulu gawaimu, mari ikut Ayah/Ibu jalan-jalan." Rasa jenuh yang berkepanjangan saat masa PSBB membuat kebosanan tersendiri. Ajaklah anak jalan-jalan, wlalaupun hanya di sekitar komplek perumahan. 

Berjalan-jalan bisa mengembalikan mood baik anak dan meningkatkan kesehantannya dibandingkan dengan terus-menerus bermain gawai diaman anak tidak melakukan banyak gerakan. 

5. Membuat kegiatan kreatif yang berbeda-beda setiap harinya

Ketika tidak bolah banyak keluar rumah, maka rumah adalah satu-satunya tempat bermain anak. jadilah partner yang baik bagi permainan anak. Ciptakan hal-hala yang menarik perhatian anak dengan cara yang kreatif. 

Meminta anak mewarnai gambar buatan orangtua, membacakan buku cerita dengan dialog dan intonasi yang menarik, melipat kertas origami, menyiram dan menanam tanaman bersama-sama di halaman rumah, membuat makanan kesukaan secara bersama-sama, dan kegiatan yang lainnya akan membuat anak sibuk dan lupa pada gawainya.

6. Menjelaskan bahaya gawai bagi anak

Terlalu banyak main gawai akan menimbulkan banyak efek buruk yang terjadi pada anak. Mulai dari pengaruh kesehatan, pengaruh mental, dan perngaruhnya terhadapa keberlangsungan belajarnya di sekolah. 

Jelaskan hal-hal tersebut secara detail dan perlahan-lahan agar anak tidak merasa digurui, dikekang dan dilarang-larang oleh orangtuanya. 

Jika penjelasan kita disertai bukti, akan lebuh baik lagi pengaruhnya. Anak tidak hanya diberi tahu, melainkan memiliki kepahaman yang melekat dalam hatinya sehingga melakukan pertimbangan-pertimbangan sebelum kembali bermain gawai. 

7. Memberikan banyak motivasi

Bagaianapun anak tidak lebih berpengalaman dari oraangtuanya. Mereka bahkan tidak terlalu paham akan kehidupan seperti apa yang menunggunya di depan. Berikan pengertian dan penjelasan tentang sebab akibat. 

Misal. "jika hanya bermain gawai, maka masa depan belajar akan memburuk, kehidupan di masa yang akan datang juga akan banyak mengalami kerugian karen atelah membuang waktu dengan hanya bermain gawai. Orang lain belajar mereka kalah karena telah banyak membuang waktunya untuk hal yang sia-sia."

Memberikan nasihat dan motivasi, bahwa belajar akan jauh lebih memberikan manfaat bagi kehidupan daripada main game, adalah hal yang paling tepat dilakukanpara orangtua pada anaknya. 

8. Memberikan contoh aktivitas positif

Anak adalah peniru ulung. Ketika orangtuanya memiliki kegiatan positif, maka setidaknya anak akan meneladani dan mengikutinya. Ajak anak-anak memiliki kebiasaan yang positif. Misalkan membaca buku, membersihkan rumah, memperlajari keterampilan tertentu, dan banyak lagi yang bisa diajarkan kepada anak.

Semua orangtua ingin pasti ingin yang terbaik bagi anaknya. Jangan sampai salah dalam mengungkapkan kasih sayang kepada anak. Walaupun kita dalam keadaan berkecukupan, menghadiahkan gawai pada anak di hari ulang tahunnya tetap saja bukan pilihan yang tepat. 

Mari jaga anak-anak kita dari ketergantungan terhadap gawai. Karena mereka adalah masa depan kita. Semoga bermanfaat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun