Abah yang selalu tersenyum pernah menangis di suatu hari. Memeluk ayahku dengan sangat erat di hari idul fitri. Air matanya bercucuran, bahunya berguncng menangis dengan sejadi-jadinya. Membuat kami ikut bersedih melihatnya. Betapa orang seperiang Abah bisa menangis sebegitu hebatnya.
"Abah cape, ingin berubah. Di dunia ini Abah sudah terlalu banyak dosa. Mengerjai orang dengan candaan yang terlalu berlebihan, dan apapun yang Abah lakukan di luar batas wajar. Abah lelah." Ucap Abah seraya berlutut di antara keluarga yang sedang berkumpul di hari Raya. Semua mendoakan dan menyemangati Abah.
Setelah itu, tidak ada lagi idul fitri dengan Abah. Ia telah meninggalkan kami selamanya. Kuburannya bersebelahan dengan Kakek dan Nenekku. Tidak ada lagi sosok pengasuh yang selalu riang. Yang bisa menceritakan apa saja, terutama seluk beluk kota kami dan liku-liku jalannya. Abah adalah pahlawan bagi kami. Tidak akan pernah terlupakan. Tetaplah tenang di alam sana, Abah.
Semoga Allah mengampuni dosa-dosamu dan melapangkan kuburmu. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H