Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menulis di Blog Pribadi https://ruangpena.id/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Abah Tidak Pernah Mati

4 Mei 2020   18:11 Diperbarui: 4 Mei 2020   18:19 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Abah yang selalu tersenyum pernah menangis di suatu hari. Memeluk ayahku dengan sangat erat di hari idul fitri. Air matanya bercucuran, bahunya berguncng menangis dengan sejadi-jadinya. Membuat kami ikut bersedih melihatnya. Betapa orang seperiang Abah bisa menangis sebegitu hebatnya.

"Abah cape, ingin berubah. Di dunia ini Abah sudah terlalu banyak dosa. Mengerjai orang dengan candaan yang terlalu berlebihan, dan apapun yang Abah lakukan di luar batas wajar. Abah lelah." Ucap Abah seraya berlutut di antara keluarga yang sedang berkumpul di hari Raya. Semua mendoakan dan menyemangati Abah.

Setelah itu, tidak ada lagi idul fitri dengan Abah. Ia telah meninggalkan kami selamanya. Kuburannya bersebelahan dengan Kakek dan Nenekku. Tidak ada lagi sosok pengasuh yang selalu riang. Yang bisa menceritakan apa saja, terutama seluk beluk kota kami dan liku-liku jalannya. Abah adalah pahlawan bagi kami. Tidak akan pernah terlupakan. Tetaplah tenang di alam sana, Abah.

Semoga Allah mengampuni dosa-dosamu dan melapangkan kuburmu. Aamiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun