Sanksi-sanksi diatas merupakan sanksi yang diberikan kepada santriwati *hahahah tentu saja, ndak mungkinlah cowok dipakein jilbab* dan sanksi untuk para santriwan yang melanggar itu botak licin, ckckckck sungguh pesona para santriwan yang memukau itu seakan padam jika mereka melakukan pelanggaran :D
After language, The rule and punishment let’s talk about relationship, ya mungkin lebih tepatnya hubungan special lah, hubungan yang dijalani oleh sepasang santriwan dan santriwati *serr. Jujur saja, selama saya bersekolah di pesantren saya pernah menjalani hubungan tersebut dengan salah seekor *upss* seorang senior saya. Hubungan yang saya jalani itu kurang lebih saya jalani selama 3 bulan saja, hubunganku itu berjalan begitu singkat karena saya takut dengan devisi keamanan dan para ustaz-ustazah yang ada di pondok, saya tak mau harus memakai jilbab ungu karena pacaran, kedengarannya begitu memalukan jikalau harus memakai jilbab pelanggaran warna ungu karena pacaran ckckckck, terlebih lagi saya akan sangat tidak rela jika hanya karena pacaran saya akan mempermalukan kedua orang tua saya dihadapan ustaz-ustazah saya.
Seingatku pada saat saya pacaran dengan dia, saya hanya bertemu secara khusus tidak lebih dari sepuluh kali pertemuan. Itupun pertemuan kami itu dilakukan di tempat-tempat umum seperti sekolah dan koperasi dengan jarak kurang lebih 2-3 meter agar tidak mencurigakan dari segi penglihatan para ustaz dan ustazah yang ada di pondokku. Dan yang paling ingin kuceritakan disini itu gaya pacaran para anak pesantren *nahan ketawa*. Gaya pacaran anak pesantren itu cukup lucu dan aneh, jika remaja-remaja diluar itu gaya pacaran mereka itu pegang-pegangan apalah segala macam, kami anak pesantren sama sekali tak pernah melakukan itu dalam lingkungan pondok. Jangankan pegang-pegangan bicara saja rasanya takut . Dan kalo bicara sama santriwan itu dilakukan dengan minimal jarak 2-3 meter,ckckckck. Tapi tak apa, saya justru senang dan bersyukur dengan hal itu, karena dengan begitu kami para santriwan dan santriwati terbebas dari maksiat dan dosa zina yg kebanyakan sekarang marak terjadi di kalangan pemuda dan pemudi di luar sana.
Setelah bahasa, pacaran, mari kita berbicara soal kenakalan-kenakalan yang pernah saya lakukan di pondok ini selama 3 tahun :D. sebenarnya saya adalah termasuk santriwati yang sering melakukan pelanggaran-pelanggaran. Tapi tak tau kenapa, kenakalan saya itu resesif, tak tampak. Saya selalu saja bisa lolos dari hukuman-hukuman karena pelanggaran. Adapun Pelanggaran-pelanggaran yang pernah kulakukan selama saya mondok itu *tsahh* antara lain sembunyi karena malas ke mesjid sholat, pura-pura sakit karena malas ke sekolah, kabur dari pondok hanya karena ingin makan makanan yang lebih enak di luar, dan yang paling ekstrim itu membobol dapur tengah malam: D.
Masalah kabur dari pondok karena mau makan makanan enak itu sebenarnya kami lakukan karena kami begitu bosan dengan makanan yg lauknya itu-itu saja, tempe, tahu mie lembek, mie kering, rasanya ennek makan itu-itu saja. Tapi di pesantrenku yang tercinta ada satu menu favorit yang hanya ada satu kali seminggu, hari senin saja. Yaitu ayam. Seperti mayoritas santriwati lainnya, saya termasuk orang yang paling malas ke ruang makan untuk antri, rasanya malas lama-lama berdiri hanya untuk makan nasi yg tak tentu wujudnya kadang keras, kadang lembek dengan lauk tahu, tempe,dll. Jadi, tak usah heran kalau badanku gini-gini aja besarnya.
Tapi itu semua tak terjadi pada hari senin, malahan jikalau hari senin tiba ruang makan itu hampir penuh., itu karena lauknya yang special, tak seperti hari-hari biasanya. Berbicara soal lauk ayam ini, mengingatkanku lagi pada salah satu kenakalanku lagi :D. kalo hari senin itu, saya dan teman-teman saya yg mempunyai kadar kenakalan yang cukup tinggi, biasa antri dua kali hanya karena untuk mendapatkan 2 ayam, ckckckck, santri rakus :D
Walaupun saya termasuk santri yang cukup nakal, saya juga termasuk santri yang cukup diperhitungkan di kelas *ceileh, baik di kelas formal maupun kelas pondokan. Pondokan itu kelas belajar yang kegiatan belajarnya itu setelah sholat magrib-sebelum sholat isya dan setelah sholat shubuh-jam 6 *nah bayangin aje tuh, betapa sibuknya kami belajar sebagai seorang santri*. Dan di pondokan inilah yang membedakan kami dengan SMA atau SMP yang ada di luar, karena di pondokan inilah kami belajar pelajaran yang tak ada di sekolah-sekolah umum, seperti (Muhadarah), percakapan bahasa arab (Muhadatsah), Tahfiz (hafalan quran), Speaking, dll.
Dan karena saya termasuk santri yang cukup di perhitungkan, selama saya mondok di pondok ini ada 3 jabatan yang pernah saya pegang di Organisasi Santri Pesantre Al-ikhlash (OSPI) yakni anggota devisi Kesehatan, anggota devisi Markas Bahasa atau nama kerennya Central Language Improvement Department dan terakhir jadi Sekretaris umum OSPI.
Yang paling berkesan selama saya menjabat sebagai pengurus OSPI itu pada saat saya menjadi salah satu pengurus devisi Markas Bahasa. Ya, devisi ini memang devisi impianku sejak pertama kali aku melihat kakak-kakak OSPI dengan jas kebesaran OSPInya. Keliatannya begitu keren pada saat mengenakan jas OSPI dan mengajarkan bahasa arab atau bahasa inggris kepada adik-adik santri baru.
Menjadi anggota devisi ini mempunyai kebanggaan tersendiri bagiku. Karena devisi inilah yang bertugas menggerakkan bahasa yang ada di pondok dan memberikan kursus bahasa kepada adik-adik santri baru. Terlebih lagi teman-teman sekamar saya itu sekaligus teman-teman devisi saya itu orang-orang pilihan dan termasuk orang-orang yang diperhitungkan di kelasnya *waw*.
Sebut saja kak Fildzha Amalina Gobel Koordinator devisi Markas bahasa yang merupakan ketua kamar kami. Kak Fildzha ini adalah santri kelas XI IPA yang sangat doyan baca buku serta mempunyai tubuh imut dan cantik, yah tak jauh bedalah dengan diriku :D. Anehnya walaupun kakak ini malas belajar nilainya masih baik-baik saja :D. kedua yaitu kak Siti Kurniati Rasyad yang sudah tidak diragukan lagi kepintarannya. Rengking 1 di kelas XI Farmasi jago matematika, juara lomba baca puisi dan mempunyai tubuh yang ideal, tinggi dan cantik J. Kakak yang satu ini juga merupakan salah satu idola para santriwan di pondok. Ketiga itu namanya Septi Manjani, santriwati kelas 3 SMP yang tak pernah alpa dari peringkat 3 besar di kelasnya. Septi ini berwajah manis dan pintar tapi ia tak pernah sama sekali membangga-banggakan dirinya, dan karena hal itulah ia menjadi jadi rebutan santriwan seangkatannya:D. Yang paling bungsu di kamar kami itu namanya Ariana Amir adik kecil manis kelas 2 SMP yang tingginya lebih dari saya dan kak Fildzha :D , sekaligus yang paling rajin belajar di kamar kami setelah Septi. Ariana ini juga sudah tidak diragukan lagi kepintarannya, Rengking 1 umum kelas 2 SMP baik putra dan putri serta multi talenta. Nah penghuni terakhir dari kamar ini yaitu Dian Siti Marfu’ah, anak kelas X.1 yang terkenal dengan keceriaannya dan suka curhat :D. Dian ini selalu masuk peringkat 3 besar di kelasnya. Walaupun dia santri baru yang baru masuk SMA dia pernah menjadi peringkat 1 di semester II kelas 3 SMA dan mengalahkan santri-santri lama yang sejak SMP menuntut ilmu di pondok itu. Yah, that’s me J Dian Siti Marfu’ah.