Keterkaitan antara Pola Asuh dan Inner Child pada Perkembangan Anak
 Pola asuh adalah proses meningkatkan dan mendukung perkembangan fisik, emosional, sosial, finansial, dan intelektual anak sejak bayi hingga dewasa. Pola asuh merupakan tanggung jawab besar bagi orang tua karena orang tua adalah guru pertama bagi anak yang belajar banyak hal baik secara akademis maupun dalam kehidupan secara umum. Salah satu pola asuh yang kurang diperhatikan orang tua adalah pola asuh anak luka atau inner child. Inner child harus menjadi topik diskusi penting saat membesarkan anak. Saat dewasa nanti, ketika anak melakukan kesalahan perlu diketahui bagaimana pola asuh yang diberikan orang tua hingga dia bisa melakukan kesalahan tersebut.
Diamond (2008) mengatakan bahwa inner child adalah kumpulan peristiwa baik maupun buruk yang terjadi yang dialami anak, serta membentuk kepribadian anak di masa dewasa. Peristiwa yang terjadi pada anak dicatat agar anak mengingat apa yang mereka pelajari dan apa yang diajarkan bahkan di masa dewasa. Inner child sangat mempengaruhi kepribadian dan sikap seseorang.
Pola asuh yang diduga menimbulkan trauma inner child pada diri seorang anakÂ
1. Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang tidak melihat keinginan anak. Anak-anak dipaksa untuk patuh, dan seringkali dilakukan dengan kekerasan. Pola asuh seperti ini membuat anak merasa sakit hati karena anak membutuhkan kesempatan untuk mengambil keputusan, berinisiatif dan mengembangkan egonya.
2. Pola asuh uninvolid adalah pola asuh yang mengabaikan anak-anak mereka dan orang tua cenderung tidak peduli pada mereka. Dalam hal ini, anak menjadi bingung dan tidak dapat memperkuat perilakunya. Biasanya, remaja yang menggunakan gaya pengasuhan ini mencari validasi dari orang-orang di sekitarnya. Lebih buruk lagi, anak-anak tidak bisa tegas dan tidak stabil dalam pengambilan keputusan saat mereka tumbuh dewasa.
Bagaimana mengatur inner child orang tua dalam mengasuh anak?
1. Berdamai dengan diri sendiri dan masa laluÂ
Berdamai dengan diri sendiri dan masa lalu memang tidak mudah, apalagi mengingat kenangan buruk. Sedih, kecewa, marah, takut, kesepian, semuanya menyakitkan. Cobalah untuk menciptakan pola pikir bahwa masa kecil anda sangat bahagia dan penuh cinta. Mulailah memaafkan kesalahan orang tua atau lingkungan kita saat kita masih kecil. Cara ini bisa membuat emosi lebih terkendali. Apalagi ketika orangtua dan anak melakukan kesalahan yang sama seperti yang kita lakukan di masa lalu, kemampuan kita untuk mengungkapkan perasaan kepada anak bisa berkurang.
2. Cobalah untuk memaafkan dan melepaskan
 Cobalah untuk memaafkan kesalahan orang tua anda di masa lalu. Apa yang mereka lakukan salah bukan berarti mereka tidak mencintai mereka, mungkin terlalu banyak tuntutan hidup yang harus mereka penuhi tanpa memahami cara membesarkan anak yang baik dan layak. Ingatlah bahwa melampiaskan inner child Anda dalam mengasuh hanya memperpanjang rantai. Pastinya tidak baik untuk anak cucu kita nanti.