Mohon tunggu...
Dian Prasetiorini
Dian Prasetiorini Mohon Tunggu... Human Resources - Busy Mom

Selain aktif bekerja, Dian juga seorang ibu dari dua anak yang selalu mencari keseimbangan antara karier, keluarga, dan waktu untuk dirinya sendiri. Sebagai seorang Aquarius yang kreatif, Dian gemar menuangkan pikirannya ke dalam tulisan, terutama cerita-cerita yang menggambarkan perjalanan emosional manusia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Peta yang selalu Berubah

2 Februari 2025   10:50 Diperbarui: 2 Februari 2025   14:29 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: zilbest.com

Dira berdiri di ujung jalan, tertegun. Peta yang ia bawa kini sudah tidak bisa lagi diandalkan. Semua tanda, arah, dan petunjuk yang ada di dalamnya telah berubah, begitu juga dengan dunia yang dihadapinya. Apa yang sebelumnya tampak seperti petunjuk yang pasti kini terlihat kabur, dan setiap kali ia menatap peta itu, tempat-tempat yang dikenalnya berubah menjadi entitas yang tidak dikenalnya sama sekali.

Ia memandang sekeliling. Di sepanjang jalan yang dilalui, ada banyak orang yang sibuk dengan rutinitas mereka, tak peduli dengan perubahan yang terjadi di peta milik Dira. Mereka berjalan mengikuti jalannya sendiri, tanpa keraguan, tanpa rasa takut. Dira tiba-tiba merasa seperti orang asing di dunia yang begitu familiar ini. Kenapa harus selalu ada ketakutan terhadap yang tidak terduga? Kenapa selalu harus mengendalikan segala sesuatu?

Dira menghela napas panjang. "Sudah cukup," katanya pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri. "Sudah ikhlaskan saja."

Di depan Dira, ada sebuah kafe kecil yang tampaknya sederhana, namun menenangkan. Tanpa berpikir panjang, ia memutuskan untuk masuk dan duduk di meja pojok. Seorang pelayan muda datang dan menyapanya dengan ramah.

"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan itu.

Dira hanya tersenyum. "Kopi hitam, dan... mungkin saya butuh sedikit waktu untuk berpikir."

Pelayan itu mengangguk dan segera pergi ke dapur. Dira menyandarkan punggungnya pada kursi, meresapi setiap detail di sekelilingnya. Kafe ini, dengan suasananya yang tenang, seakan mengajak Dira untuk berhenti sejenak. Dia mulai merasa, dalam keheningan itu, bahwa tidak semua perjalanan harus ditempuh dengan kecepatan tinggi. Kadang, berhenti untuk sekadar merenung adalah bagian dari perjalanan itu sendiri.

Beberapa menit kemudian, kopi hitam yang dipesan Dira tiba. Ia menatap cangkir itu sejenak, lalu meminum sedikit. Rasanya pahit, namun entah kenapa, itu memberi rasa tenang. Dalam kesendirian ini, Dira mulai merasa lebih ringan, lebih lapang, meskipun ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Mungkin dunia ini memang tidak bisa dipetakan dengan sempurna, tetapi itu bukan berarti ia harus kehilangan arah.

"Peta yang selalu berubah," pikirnya. "Mungkin bukan masalah kalau kita tidak tahu arah yang pasti. Yang penting, kita tetap bergerak."

Tiba-tiba, sebuah suara mengganggu lamunannya. Seorang pria muda duduk di meja sebelah, lalu tersenyum kepada Dira. "Kau tampak bingung, ada yang bisa kubantu?" tanyanya, mengamati wajah Dira yang terlihat penuh pertanyaan.

Dira terkejut, tetapi kemudian ia tersenyum kaku. "Aku hanya berpikir tentang banyak hal... tentang rencana yang tidak berjalan seperti yang aku harapkan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun