Hari ini, aku dan Saka sudah bisa muncak bersama. Puncak pertama yang aku kunjungi tidak lain dan tidak bukan, puncak Gunung Gede.
Aku, temanku Yasma, Saka, Egi, Arya, dan Kak Maya yang sempat ditolak oleh Arya ternyata ikut dalam pendakian kali ini. Benar-benar tidak menyangka karena aku sendiri jadi dekat dengan teman-teman Saka. Oh iya aku lupa, aku sudah lulus SMA dan tinggal menunggu hasil tes perguruan tinggi. Semoga saja hasilnya yang terbaik dan sesuai dengan harapanku.
Sebenarnya kampus impianku adalah kampus tempat Saka menimba ilmu juga. Tetapi, sama sekali tidak ada niat untuk mengikuti jejak Saka. Aku benar-benar menginginkan kampus itu sejak SMP. Lagi pula, fakultas yang aku pilih tempatnya tidak berdekatan dengan fakultas Saka.
Jika memang niatku mengejar Saka, sangat tidak lucu sepertinya. Bagiku kuliah itu untuk mengejar cita-cita, bukan untuk mengejar cinta. Nanti jika sudah ditakdirkan untuk memiliki cinta, pasti akan datang dengan sendirinya. Ah sudah, kita lanjutkan perjalanan aku dan teman-teman mendaki gunung.
Sebenarnya aku tidak begitu berani, tapi karena ada temanku Yasma, ya sudah aku mencoba untuk melangkah menuju puncak Gede. Kami berangkat sekitar pukul 9 pagi dari basecamp. Kami memilih Surya Kencana sebagai tempat memasang tenda. Karena itu kami memilih berangkat pukul 9 pagi agar ketika sampai di puncak bisa menyaksikan senja, meskipun belum sempat memasang tenda. Untuk memasang tenda kami harus turun kembali ke Surya Kencana. Kami menggunakan jalur Cibodas, Saka bilang kami akan melihat keindahan alam yang sebenarnya. Namun tidak menantang ceritanya jika dalam mendaki tidak terjadi sesuatu.
Saat menuju pos tiga, Kak Maya terlihat kelelahan karena dia jarang sekali untuk minum. Meskipun memiliki tubuh sedikit berisi, tapi tidak dapat dipungkiri bahwa seseorang yang terlihat kuat ternyata mempunyai kekuatan fisik yang lemah. Kami berhenti sejenak untuk menenangkan Kak Maya agar nanti bisa selamat sampai puncak. Arya yang tadinya tidak cinta, sekarang sudah terlihat khawatir pada Kak Maya. Ya begitulah, Tuhan bisa membolak-balikkan hati seseorang.
Setelah sekitar 15 menit istirahat, kami melanjutkan perjalanan. Aku begitu semangat mencapai puncak karena inilah kali pertamaku mendaki. Rasanya ingin segera menikmati senja di atas sana.
Tanpa disadari, notes milikku yang akan digunakan untuk menulis di atas puncak hilang. Aku panik luar biasa karena notes itu paling berkesan untukku. Aku tidak tahu harus bagaimana. Jika aku turun kembali ke bawah mencari notes itu, rasanya tidak mungkin karena aku sendiri sejujurnya sudah lelah. Tapi jika aku tidak mencarinya, aku akan sangat menyesal karena itu notes kesayanganku.
Di pos tiga, aku sedikit merengek pada Yasma.
"Yasma, ini gimana notes aku kok bisa ilang sih Yas. Itu tuh berharga banget buat aku. Aduh aku teledor banget deh." kataku sedikit menyesal.
"Lagian kalau bawa yang kayak gitu tuh disimpen di tempat yang aman.
Taro di dalem kek, jangan di pinggir tas begitu. Siapa tau pas kamu ambil minum, notes nya kebawa jatoh." kata Yasma. "Ya udah gak usah dipikirin, bentar lagi nyampe puncak. Gue yakin lo bakal seneng Din."
"Iya ayo." kataku. Dengan sedikit perasaan yang campur aduk, akhirnya aku melanjutkan perjalanan. Karena sebentar lagi, aku akan sampai di puncak Gede.
Banyak hal yang tidak terduga saat pendakian pertamaku. Tiba-tiba saja aku terjatuh karena tersangkut akar. Sepertinya aku sedang melamun karena notes itu. Padahal sebentar lagi menuju puncak, ada saja hal yang harus dilewati. Dengan susah payah aku berdiri dan tetap melanjutkan pendakian. Aku ingin segera mencapai puncak.