Bagaimana di Bali ? waduh kalau tempat ini tidak diragukan lagi bagaimana kesiapan sebagai objek wisata dengan mengusung kearifan lokal setempat. Destinasi wellness tourism kelas dunia tersedia di sana. Sebut saja mempelajari tradisi lokal sekaligus menikmati pesona kebun kopi dan pembuatan anggur (wine) buah.
Dalam waktu dekat Bali akan menawarkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pariwisata dengan kombinasi wisata kesehatan dan kebugaran. Rumah sakit internasional dilengkapi dengan kebun botani etnomedisinal, fasilitas dilengkapi dengan layanan kesehatan tradisional.
***
Bagaimana peran akademisi mendukung hal tersebut di daerah? Beberapa kegiatan seperti ekspolarasi tanaman rempah dan herbal lokal sekaligus menggali perilaku masyarakat dalam konsumsi rempah dan herbal sebagai ramua tradisional.
Sebagai contoh produksi tanaman Nilam di Aceh. Aceh juga punya buah Pala. Hingga kesiapan semacam pusat studi dan kajian minyak atsiri, Atsiri Research Center (ARC).Â
Di Aceh Nilam berjaya, namun sedikit wisatawan yang sengaja melangkahkan kaki untuk pergi berwisata Nilam ke Aceh. Mulai dari kebun hingga melihat wujud minyak Nilam dalam botol.Â
Sini saya bisik "Nilam Aceh diekspor ke Eropa". Kalau ditanya Aceh siap menyusul tiga kota tadi? Saya rasa harus siap.
Kita kembali bahas jamu. Melansir portal resmi Kementerian Kesehatan RI, program saintifikasi jamu didukung penuh melalui berbagai riset terkait sehingga produk dapat digunakan pada pelayanan kesehatan formal.
Berangkat dari hal tersebut penulis punya sebuah perjalanan berkegiatan mengajar yang rasanya bertautan dengan topik pilihan mengenai jamu.
Penulis pernah melakukan budidaya bibit Kombucha. Teh herbal yang jika googling banyak informasi bertebaran. Diantaranya mengenai klaim menyehatkan dari dampak yang diperoleh manusia sebagai konsumen.
Minuman berbahan teh, air dan bibit Synbiotic Culture of Bacteria and Yeast (SCOBY). Apa pula itu Scoby? Mikroba keroyokan-lah hehe..Â