Tahu Sumedang khas dengan cita rasa gurih dan tekstur lembut sehingga banyak diminati masyarakat. Hingga sekarang inovasi yang dilakukan yaitu produksi tahu nori, tahu dengan lapis atas rumput laut.Â
Tahu nori dengan sensasi kriuk di luar namun lembut di dalam sebab adonan tahu dicampur dengan telur. Terinspirasi dengan Tahu Jepang.
Pak Ukim dapat memproduksi 1000 potong tahu dalam sehari. Jumlah ini dapat meningkat jika memasuki hari libur dan hari-hari besar sebanding dengan permintaan tahu yang meningkat. Harga satu potong Tahu Bungkeng dijual dengan harga Rp. 1000,-.
Menurut Pak Ukim, salah satu hal yang mempengaruhi cita rasa khas Tahu Bungkeng adalah air yang digunakan.Â
Setiap kabupaten kota menurutnya memiliki kualitas air yang berbeda, termasuk di Sumedang. Juga menurutnya rentang waktu mempengaruhi kualitas air sebagai bahan baku tahu.
Bahan baku pembuatan tahu Bungkeng sendiri dijelaskan Pak Ukim dapat berasal dari kedelai lokal maupun impor. Mana saja yang sedang tersedia.
Kedelai lokal Jawa Barat sering dipakai Pak Ukim yaitu yang paling diminati oleh masyarakat. Kedelai tersebut diantaranya kedelai Dena-1 dan Anjasmoro, sedangkan jika harus impor mereka memilih menggunakan kedelai impor dari Amerika.
Menurut Dr. Tri Hastini, S.P., M.Si. seorang peneliti Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat, Kedelai lokal dan impor memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut terletak pada kandungan nutrisi protein kedelai lokal mencapai di atas 40 % sedangkan kedelai impor 35 % - 37 %.Â
Selain itu perbedaan lainnya menyangkut tingkat keasaman kedelai lokal cenderung basa sedangkan kedelai impor dengan pH asam. Kadar air kedelai lokal lebih rendah dan rasa lebih gurih dari kedelai impor.
Ciri khas tekstur Tahu Bungkeng yaitu tahu yang tidak padat, berongga. Ada saja bagian pada tekstur tahu yang berlubang-lubang hingga kopong. Oleh sebab pada saat proses penggorengan ada air yang terlepas dari bagian adonan ke dalam minyak.