Kontribusi Dr. Driando Ahnan Winarno mengawali ketertarikannya mengembangkan tempe pada saat studi doktoral di Amerika Serikat. Menggagas ide kreatif menggabungkan pemikiran mengenai tempe dan kanker selama 5 tahun studinya.
Di akhir masa studi, rangkuman hasil riset tempe dan kanker ini dirangkum sesuai dengan ekspektasi awal yaitu membuat kitab tempe. Luaran penelitiannya ini bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan infoemasi lengkap mengenai tempe.
Melalui langkahnya ini pula terbuka celah untuk mengembangkan perusahaan rintisan (startup) berbasis tempe dengan Better Nature Ltd. dengan memenangkan sebuah lomba di University of Cambridge dengan ide tempe sebagai makanan bergizi ramah lingkungan dan terjangkau. Hadiah dari lomba tersebut oleh penyelenggara ditetapkan sebagai dana pengembangan bisnis perusahaan perintis. Pada tahun 2018 sejak itu hingga saat ini perusahaan mampu bertahan dan berkembang di Inggris, Swiss, Jerman serta Uni Emirad Arab. Tempe digunakan sebagai alternatif pengganti daging bagi para vegan.
Selanjutnya dari dalam negeri, inovasi tempe beku yang digagas oleh Prof. Made Astawan, Prof Tutik Wresdiyati dan Dr. Andi Early Febrianda dalam program Matching Fund 2022 Institut Pertanian Bogor (IPB) dilansir dari detik.com. Ekspor 17,2 ton tempe beku ke Korea Selatan.
Tentu saja tempe ekspor ini telah memenuhi standar. Standar tersebut meliputi empat jenis sertifikat yang dikantongi, yakni sertifikat Hazard Analisys Critical Control Point (HACCP), izin edar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Sertifikat Halal MUI.
Ini adalah awal untuk merambah pasar dunia dengan inovasi berbasis pangan lokal. Sebuah langkah yang harus kita apresiasi.
***
Bagaimana dengan kita? Sudahkan makan tempe hari ini? Terima kasih sudah membaca
Sumber bacaan dapat diakses satu, dua, tiga, empat, lima
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H