Terkait kesehatan mental, pola makan nabati dapat menjadi kontrol rasa cemas dan stres. Kondisi ini secara ilmiah dijelaskan berkaitan dengan senyawa kimia asam arakidonat dengan struktur C6H12O6.
Melisik sisi spiritual itas bahwa konsumsi bahan pangan daging yang berasal dari hewan yang cemas, takut dan atau marah berpotensi terhadap terjadinya transfer energi negatif dalam tubuh manusia.
Sejalan dengan pendekatan lingkungan, penikmat protein hewani dapat sebagai penyumbang peningkatan resiko pemanasan global. Mengapa demikian? Asal protein hewani di hulu yaitu peternakan. Semakin banyaknya pembukaan lahan peternakan maka berpotensi pembukaan hutan untuk keberlangsungan pemeliharaan dan pembesaran ternak potong. Untuk diketahui bahwa sendawa dan gas buang angin sapi mengandung gas metan.
Bagaimana dengan anggapan bahwa penggiat pola makan nabati itu kurang gizi, lemas dan tidak berdaya tahan. Tentu saja itu keliru. Banyak profil Olahragawan kelas dunia menjalankan pola makan ini. Anggapan tersebut diruntuhkan dengan eksistensi mereka.
Sebuah fakta dikutip dari klikdokter bahwa deretan Olahragawan menjalani pola makan nabati. Venus William (petenis) dengan prestasinya 4 medali emas olimpiade. Lewis Hamilton (pembalap juara dunia formula 1) dan Jemaine Defoe (pesepak bola) dengan prestasi gemilangnya sebagai 10 besar pencetak gol terbaik di liga primer. Merujuk informasi dari Tempo.co seorang petinju Indonesia Theodorus Ginting juga menjalani pola makan vegan dan tetap dapat berlatih serta menjalani hari-harinya dengan baik. Sang petinju dengan julukan 'Singa Karo' ini membuktikan tetap dapat berprestasi dan juara dengan menjadi vegan.
Selain vegan dan vegetarian, dalam pola makan yang sejenis dikenal juga istilah flexitarian (tulisan dimiringkan karena KBBI tidak mengenali istilah ini) yaitu pola penerapan pola makan nabati diselingi dengan protein hewan dalam jumlah terbatas dan tidak sering. Ilustrasinya tubuh hanya diberikan waktu menikmati makan daging sekali seminggu, sekali sebulan atau bahkan setahun dua kali saja saat hari raya tiba hehe..
Jadi, atas uraian di atas penulis mendapatkan wawasan bahwa manusia berhak penuh atas penjagaan keseimbangan tubuh sehatnya, bagaimanapun caranya. Lebih baik dalam pantauan Dokter Gizi Klinik. Tulisan ini sama sekali tidak mengandung ajakan untuk beralih ke pola makan nabati apalagi pamer menu makanan.
Menutup ulasan kali ini penulis mengambil perkataan Hipocrates "Jadikan makananmu adalah obatmu, obatmu adalah makananmu".
Terima kasih On Marissa's Mind yang menjadi inspirasi tulisan ini. Terima kasih juga kepada para pembaca Kompasiana.
Referensi