Mohon tunggu...
Diannita Harahap
Diannita Harahap Mohon Tunggu... Dosen - Microbiologist

Kepeminatan Biologi. Orang Batak yang lahir di Jayapura Papua dan digariskan takdir mengabdi di Aceh. Selamat datang di blog saya ya.. rumah sederhana, enjoy everyone.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Gaya Hidup Pola Makan Nabati

22 Maret 2023   03:28 Diperbarui: 22 Maret 2023   03:49 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi microgreens, kecambah sayuran. Sumber : freepik.com/user6014584

Lagi-lagi terinspirasi dari videonya On Marissa's Mind. Dalam video singkat durasi kurang dari lima menit, Marissa bercerita tentang pengalamannya menjadi Vegetarian. Tidak sengaja menemukan materi ini saat mencari ide menulis. Rilis video awal tahun 2019.

Kalau dipikir-pikir awalan tahun tersebut sama dengan tahun dimana saya juga pernah mencoba menerapkan pola makan nabati. Kala itu seingat saya 2 atau 3 tahun yang lalu. Bertepatan setelah menyapih anak kedua.

Ilustrasi isi piring menu vegetarian. Sumber : Dokpri.
Ilustrasi isi piring menu vegetarian. Sumber : Dokpri.

Kesadaran konsumsi pola makan nabati menjadi populer pada masa itu oleh generasi milenial. Dasar pemikir plant based menyangkut dua hal yakni kesehatan diri dan kesehatan bumi.

Merujuk The Oliver's Travel kategori The Global Vegetarian Index, pada tahun 2018 Indonesia berada pada peringkat 16 dari 183 negara ramah pola makan nabati dengan data pendukung total 438 restoran ramah pola makan nabati. Sedangkan pada tahun 2022 Ubud Bali berada pada tempat kedua berdasarkan jumlah restoran ramah pola makan nabati. Sebanyak 28 restoran per 100.000 jiwa penduduk tersebar di sana, data ini dilansir dari The Vegan Word.

Data di atas menunjukkan Indonesia potensial sebagai negara destinasi wisata ramah pola makan nabati. Dukungan sumber daya alam sayur, buah, biji-bijian dan kacang-kacangan sangat melimpah di Indonesia. Tidak sulit bagi para penggiat untuk mendapatkan bahan baku untuk melengkapi isi piring kaum vegan ataupun vegetarian.

Permasalahannya jumlah gerai yang menjual makanan ramah pola makan nabati belum terlalu banyak tersebar di berbagai kota di Indonesia dibandingkan negara tetangga Malaysia mencapai 3x lipat eksistensinya.

Sebenarnya hanya dengan sedikit kreativitas menu vegetarian dapat tersaji di piring kita. Untuk sarapan saya pilih yang simpel. Jus atau pilihan lain smoothies buah dan sayur lebih praktis.

Ilustrasi kelezatan isi piring vegetarian. Sumber : Dokpri
Ilustrasi kelezatan isi piring vegetarian. Sumber : Dokpri

Sedikitnya ada dua jenis label bagi penggiat pola makan nabati. Vegan dan vegetarian, keduanya menjadi berbeda oleh karena produk susu dan turunannya serta telur yang masih dikonsumsi oleh kaum vegetarian. Sedangkan vegan sangat ketat untuk tidak konsumsi semua jenis protein hewani bersumber hewan maupun hasil peternakan hewan.

Menurut Chambel seorang ahli biokima, konsumsi protein hewan berkorelasi terhadap kesehatan tubuh manusia dimana dalam penelitiannya dijelaskan dengan ilustrasi pertumbuhan sel kanker.

Terkait kesehatan mental, pola makan nabati dapat menjadi kontrol rasa cemas dan stres. Kondisi ini secara ilmiah dijelaskan berkaitan dengan senyawa kimia asam arakidonat dengan struktur C6H12O6.

Melisik sisi spiritual itas bahwa konsumsi bahan pangan daging yang berasal dari hewan yang cemas, takut dan atau marah berpotensi terhadap terjadinya transfer energi negatif dalam tubuh manusia.

Sejalan dengan pendekatan lingkungan, penikmat protein hewani dapat sebagai penyumbang peningkatan resiko pemanasan global. Mengapa demikian? Asal protein hewani di hulu yaitu peternakan. Semakin banyaknya pembukaan lahan peternakan maka berpotensi pembukaan hutan untuk keberlangsungan pemeliharaan dan pembesaran ternak potong. Untuk diketahui bahwa sendawa dan gas buang angin sapi mengandung gas metan.

Bagaimana dengan anggapan bahwa penggiat pola makan nabati itu kurang gizi, lemas dan tidak berdaya tahan. Tentu saja itu keliru. Banyak profil Olahragawan kelas dunia menjalankan pola makan ini. Anggapan tersebut diruntuhkan dengan eksistensi mereka.

Sebuah fakta dikutip dari klikdokter bahwa deretan Olahragawan menjalani pola makan nabati. Venus William (petenis) dengan prestasinya 4 medali emas olimpiade. Lewis Hamilton (pembalap juara dunia formula 1) dan Jemaine Defoe (pesepak bola) dengan prestasi gemilangnya sebagai 10 besar pencetak gol terbaik di liga primer. Merujuk informasi dari Tempo.co seorang petinju Indonesia Theodorus Ginting juga menjalani pola makan vegan dan tetap dapat berlatih serta menjalani hari-harinya dengan baik. Sang petinju dengan julukan 'Singa Karo' ini membuktikan tetap dapat berprestasi dan juara dengan menjadi vegan.

Selain vegan dan vegetarian, dalam pola makan yang sejenis dikenal juga istilah flexitarian (tulisan dimiringkan karena KBBI tidak mengenali istilah ini) yaitu pola penerapan pola makan nabati diselingi dengan protein hewan dalam jumlah terbatas dan tidak sering. Ilustrasinya tubuh hanya diberikan waktu menikmati makan daging sekali seminggu, sekali sebulan atau bahkan setahun dua kali saja saat hari raya tiba hehe..

Jadi, atas uraian di atas penulis mendapatkan wawasan bahwa manusia berhak penuh atas penjagaan keseimbangan tubuh sehatnya, bagaimanapun caranya. Lebih baik dalam pantauan Dokter Gizi Klinik. Tulisan ini sama sekali tidak mengandung ajakan untuk beralih ke pola makan nabati apalagi pamer menu makanan.

Menutup ulasan kali ini penulis mengambil perkataan Hipocrates "Jadikan makananmu adalah obatmu, obatmu adalah makananmu".

Terima kasih On Marissa's Mind yang menjadi inspirasi tulisan ini. Terima kasih juga kepada para pembaca Kompasiana.

Referensi

https://www.klikdokter.com/gaya-hidup/sehat-bugar/7-daftar-atlet-yang-vegan-dari-venus-williams-hingga-kendrick-haris

https://gaya.tempo.co/read/1603445/atlet-theodorus-ginting-ternyata-ikuti-pola-makan-vegan

https://www.youtube.com/watch?v=dTA0zk6pCJE&list=PLS_Z2h7B808sSfrDDxfa6QGL1sy4slwXo&index=13

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun