Senyawa organik yang dihasilkan oleh jamur mikroskopis memperparah kejadian deteriorasi karena dapat memicu lepasnya kation metabolik dari pemukaan batuan. Struktur jamur mikro berupa benang-benang (hifa) digunakan sebagai penyerap air dan nutrisi permukaan.
Jamur mikroskopis juga diketahui dapat berinteraksi dengan Cyanobacteria maupun ganggang/alga membentuk lumut kerak (lichenes).Â
Kita sudah tentu sangat mengenal lumut pada batuan. Ini juga berlakuan pada batuan lainnya yang terekspos air di sungai misalnya, batuan di pegunungan maupun batuan lain di sekitar kita.
Hasil Penelitian Munawati dkk. kolaborasi antara akademisi dan Pamong Budaya pada Balai Konservasi Borobudur menemukan bahwa kelimpahan jamur kontaminan yang membentuk biofilm pada Candi Borobudur didominasi oleh Marga Paccilomyces, Cladosporium, Penicillium, Aspergillus dan Mucor.
Perlu adanya perhatian yang lebih intesnsif lagi untuk merespon hasil temuan peneliti. Seperti kata Newton harusnya jika ada aksi maka diikuti dengan reaksi agar kelestarian selalu terjaga.
Prospek penggunaan teknologi mikroba potensial sebagai antideteriorasi telah dikembangkan sebagai alternatif preventif konservasi cagar budaya.Â
Namun, perlu penelitian lebih lanjut mengarah pada efisiensi mikroba sebagai agen tunggal penghasil senyawa antideteriorasi sebagai substitusi agen desinfektan kimia.
Terima kasih sudah membaca.
Referensi:Â jurnalkonservasicagarbudaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H