Mohon tunggu...
Diannita Harahap
Diannita Harahap Mohon Tunggu... Dosen - Microbiologist

Kepeminatan Biologi. Orang Batak yang lahir di Jayapura Papua dan digariskan takdir mengabdi di Aceh. Selamat datang di blog saya ya.. rumah sederhana, enjoy everyone.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Biofilm Permukaan, Populasi Jamur Mikroskopis Bisa Apa?

18 Maret 2023   08:22 Diperbarui: 18 Maret 2023   08:29 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi batuan non-deteriorasi (kiri) dan ditumbuhi jamur mikroskopis (kanan). Sumber : Munawati dkk., 2021

Senyawa organik yang dihasilkan oleh jamur mikroskopis memperparah kejadian deteriorasi karena dapat memicu lepasnya kation metabolik dari pemukaan batuan. Struktur jamur mikro berupa benang-benang (hifa) digunakan sebagai penyerap air dan nutrisi permukaan.

Jamur mikroskopis juga diketahui dapat berinteraksi dengan Cyanobacteria maupun ganggang/alga membentuk lumut kerak (lichenes). 

Kita sudah tentu sangat mengenal lumut pada batuan. Ini juga berlakuan pada batuan lainnya yang terekspos air di sungai misalnya, batuan di pegunungan maupun batuan lain di sekitar kita.

Hasil Penelitian Munawati dkk. kolaborasi antara akademisi dan Pamong Budaya pada Balai Konservasi Borobudur menemukan bahwa kelimpahan jamur kontaminan yang membentuk biofilm pada Candi Borobudur didominasi oleh Marga Paccilomyces, Cladosporium, Penicillium, Aspergillus dan Mucor.

Perlu adanya perhatian yang lebih intesnsif lagi untuk merespon hasil temuan peneliti. Seperti kata Newton harusnya jika ada aksi maka diikuti dengan reaksi agar kelestarian selalu terjaga.

Prospek penggunaan teknologi mikroba potensial sebagai antideteriorasi telah dikembangkan sebagai alternatif preventif konservasi cagar budaya. 

Namun, perlu penelitian lebih lanjut mengarah pada efisiensi mikroba sebagai agen tunggal penghasil senyawa antideteriorasi sebagai substitusi agen desinfektan kimia.

Terima kasih sudah membaca.

Referensi: jurnalkonservasicagarbudaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun