Tutur Bakri Siddiq, Pj Walikota Banda Aceh pada festival ini Teut Apam adalah budaya turun temurun yang harus dilestarikan sama halnya dengan budaya penggunaan bahasa Aceh antar sesama yang wajib lestari hingga generasi berikutnya.
Untuk memeriahkan kegiatan ini seluruh Gampong di Kota Banda Aceh berpartisipasi dan memperebutkan piala Ketua DPRK Kota Banda Aceh Farid Nyak Umar.Â
Gampong Peuniti menjuari festival Teut Apam Tahun 2023 ini dengan menyisihkan 67 Gampong. Masyarakat antusias menghadiri acara tahunan yang di gelar di pusat kota ini.
Khanduri Apam telah diakui sebagai warisan budaya tak benda pada Tahun 2022. Domain adat istiadat masyarakat, ritus dan perayaan-perayaan. Setelah sebelumnya pada Tahun 2019 terdaftar pula pada domain kemahiran dan kerajinan tradisional.
Akar budaya dengan sejarah yang beragam. Sejarah dengan nilai filosofi mendalam baik ditinjau dari perspektif agama maupun sosial budaya. Seperti kenduri apam ini, dilansir dari laman warisan budaya Kemdikbud bahwa tradisi ini diwariskan dari Saydina Fatimah Binti Rasulullah SAW.
Tradisi ini juga bermula dari seorang Sufi bernama Abdullah Rajab yang hidup sangat miskin di Mekkah. Tidak mampu mengadakan perayaan syukuran seperti penduduk lain di Mekkah.Â
Masyarakat sekitar berinisiatif membuat kue Apam bersama-sama karena jenis kue ini tidak membutuhkan biaya besar, bahan mudah didapat dan praktis cara pembuatan.
Dahulu di Mekkah penganan ini biasanya disantap dengan kuah kari, namun di Aceh disajikan dengan kuah santan (diberi tambahan potongan Nangka dan sebagainya).Â
Selain di Aceh, Apam dikenal juga sebagai warisan budaya di Provinsi lainnya seperti Tumpang Apam dan Apam di Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan, Seni tradisi pertunjukan Gapamuto di Papua, Kue Apam dan Apam berlauk dari Kep. Riau dan tradisi Ma Apam di Sumatera Barat.
Khanduri Apam satu diantara banyak macam kenduri di Aceh. Orang Aceh punya cara untuk bersyukur, mempererat ukhuwah serta tentunya mencintai budaya bangsanya sendiri.