Mohon tunggu...
Diannita Harahap
Diannita Harahap Mohon Tunggu... Dosen - Microbiologist

Kepeminatan Biologi. Orang Batak yang lahir di Jayapura Papua dan digariskan takdir mengabdi di Aceh. Selamat datang di blog saya ya.. rumah sederhana, enjoy everyone.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

4 Alasan Petani Masih Enggan Menggunakan Pupuk Hayati

3 Maret 2023   06:13 Diperbarui: 7 Maret 2023   11:30 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Seperti musik dan seni, cinta terhadap alam adalah bahasa umum yang dapat melampaui batas-batas politik atau sosial." -- Jimmy Carter

Perkembangan riset dasar dan aplikasi terkait eksplorasi pupuk hayati khususnya pupuk mikroba telah banyak dilakukan di Indonesia. Kesempatan ini didukung oleh banyaknya hibah riset unggulan di bidang ini.

Selain itu telah sering juga dilakukan hilirisasi pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) berbasis produk kepada desa binaan. 

Namun, setiap evaluasi program dilaksanakan terdapat butir tantangan keberlanjutan penggunaan pupuk jenis ini oleh para petani.

Penulis mengembangkan ulasan dengan sumber sebuah diskusi pakar dalam acara Dewan Profesor Universitas Padjajaran melalui kanal Youtube Sajabi, dengan narasumber Prof. Reginawanti Hindersah. Seorang pakar Mikrobiologi tanah dari Universitas Padjajaran.

Dalam sesinya Prof. Reginawanti juga menjawab pertanyaan yang disampaikan peserta setelah pemaparan materi. 

Diskusi menarik saat seorang peserta bertanya mengenai hambatan penggunaan pupuk hayati di kalangan masyarakat dan kecenderungan komersialisasi pupuk hayati berjalan lambat.

Hambatan-hambatan di lapangan telah diidentifikasi narasumber yang akan penulis rangkum seperti di bawah ini.

1.  Gempuran komersialisasi pupuk kimia

Prof. Reginawanti menyoroti alasan kurangnya anemo masyarakat terhadap keberlanjutan penggunaan pupuk mikroba. Hal ini disebabkan oleh gempuran pupuk kimia dan persaingan pasar yang sudah terlebih dahulu ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun