Imbuhan pakan dikenal dengan suplemen yang ditambahkan pada makanan ternak atau peliharaan dan bermanfaat dalam menambah bobot tubuh serta meningkatkan status kesehatan hewan.
Imbuhan pakan lazim diberikan pada budidaya akuakultur. Hal ini mengingat kondisi akuakultur dengan sistem kolam terbuka dan terekspos oksigen bebas memungkinkan terjadinya stres lingkungan, infeksi agen penyebab penyakit.
Variasi komposisi pakan dan imbuhan pakan yang diberikan dapat mempengaruhi struktur usus dan stabilitas mikroflora ikan.
Perlakuan memusnahkan dengan membakar atau menggunakan antibiotik sering menjadi pilihan penanganan fisik dan kemoterapi pada budidaya akuakultur jika telah terjadi penyebaran infeksi mikroba maupun non-mikroba.
Namun hal ini berdampak pada kondisi baru seperti resistensi antibiotik pada mikroba yang terekspos antibiotik pada waktu panjang, perubahan keseimbangan lingkungan serta residu yang memungkinkan siklusnya sampai pada konsumsi manusia.
Antibiotik dalam budidaya akuakultur
Penggunaan obat ikan seperti antibiotik diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor  1/Permen-KP/2019. Peraturan tersebut mengatur peredaran obat ikan baik dalam kategori obat keras yang diperbolehkan, obat keras yang dilarang maupun obat bebas terbatas.
Antibiotik pada kategori obat keras dan dilarang penggunaannya diantaranya meliputi golongan amfenikol, nitroimidazol, nitrofuran dan makrolida. Penggunaan obat kategori ini harus di bawah pengawasan dokter hewan.
Pengawasan terhadap peredaran obat terkait konsistensi mutu obat ikan dilakukan oleh Direktorat Jenderal dengan turun langsung ke lapangan sebanyak dua (2) kali dalam setahun. Pengawasan dilakukan dengan pengujian sampel obat ikan. Hasil pengujian sampel laboratorium terhadap obat ikan menjadi dasar evaluasi sertifikat pendaftaran obat ikan.
Pada budidaya akuakultur, asam organik dikenal sebagai imbuhan pakan yang bermanfaat dalam meningkatkan kesehatan saluran percernaan.
Menurut National Research Council (NRC), asam organik yang telah diketahui memberikan manfaat antara lain asam sorbat, asam format, asam lamat, asam asetat, asam butirat, asam sitrat dan asam propionat.
Aplikasi asam organik ini dilakukan dengan menyemprotkan langsung ke pakan dengan memperhatikan nilai konsentrasi minimal penghambatan.
Asam organik yang terformulasi dalam pakan bekerja dengan menurunkan derajat keasaman saluran pencernaan sehingga mikroba penyebab penyakit yang sedang berada dalam saluran cerna ikan dapat dikendalikan keberadaannya.
Beberapa penelitian terdahulu telah melakukan introduksi asam organik dalam pakan ikan. Uji dilakukan dengan menambahkan 0,3-1 % sodium diformat sebagai imbuhan pakan. Hal ini meningkatkan retensi protein, daya cerna lemak dan protein (Liebert dkk. 2010; Morken dkk. 2011).
Vibrio sp., V. anguillarum, Streptococcus agalactia dan Salmonella typhimurium diketahui sebagai sebagian dari bakteri patogen akuakultur yang dapat dikendalikan dengan penambahan acidifier (Ng dkk. 2009; Ramli dkk. 2005; Silva dkk 2013; Zhou dkk 2007).
Fitase merupakan enzim yang sering dicampurkan pada pakan ikan. Enzim ini dapat membantu meningkatkan pencerrnaan fosfor terikat fitat, dan menurunkan eliminasi fosfor sekaligus meningkatkan bioavailabilitas protein dan fosfor.
Efisiensi aplikasi fitase di lingkungan bergantung pada stabilitas suhu, kondisi dan toleransi pH lingkungan terhadap kerusakan enzim proteolitik.
Pada penelitian Fadhal dan Mustafa menggunakan fitase dengan dosis 4.000 U/kg pada ransum pakan, Hasil yang diperoleh bahwa pertumbuhan dan efisiensi konversi pakan yang lebih tinggi pada Ikan Mas (Cyprinus carpio).
Penelitian lainnya oleh Debnath dkk menunjukkan bahwa pemberian pakan imbuhan fitase pada benih Pangasius pangasius sebesar 500 U/kg menghasilkan performa pertumbuhan yang lebih tinggi, nilai energy maintenance dan nilai cerna protein yang lebih baik.
Temuan lain memperlihatkan peningkatan mineral P, Ca, Zn, Co, Fe dan Cu dalam tubuh P. pangasius setelah diberi imbuhan pakan 250 U/kg.
Selain kedua komponen imbuhan pakan di atas, masyarakat telah mengenal juga penggunaan probiotik, prebiotik dan sinbiotik sebagai premiks pakan. Mikroba hidup yang ditambahkan beserta sumber energinya (biasa berupa sakarida). Tujuannya hampir sama dengan pemberian asam organik maupun enzim yaitu meningkatkan pertumbuhan dan menekan mikroba patogen yang merusak keseimbangan mikroflora dalam saluran cerna.
Dalam Peraturan Menteri KKP sendiri mengatur batas aplikasi mikroba hidup dalam pakan tidak lebih dari 5 strain mikroba dan masing-masing minimal dengan jumlah 1.000.000 CFU/ml.
Harapannya dengan informasi imbuhan pakan tersebar luas, pemahaman masyarakat berimbas pada penurunan tingkat penggunaan antibiotik dan konsumen terlindungi dari dampak meluasnya kasus resistensi antibiotik yang berasal dari lingkungan.
Referensi
Debnath D, Â Sahu NP, Pal AK, Jain KK, Yengkokpam S, Mukherjee SC. 2004. Mineral Status of Pangasius pangasius (Hamilton) Fingerlings in Relation to Supplemental Phytase: Absorption,Whole Body and Bone Mineral Content. Aquaculture Research, 36: 326--335.
Fadhal  AA, Mustafa SA. 2020. Influence of Phytase Enzyme on Growth Performance and Survival Rate Challenged With Saprolegnia spp. in Common Carp. Iraqi Journal of Agriculture Science, 51(5): In Press.Â
Liebert F, Mohamed K, Lckstdt C, Effects of Diformates on Growth and Feed Utilization of All Male Nile Tilapia Fingerlings (Oreochromis niloticus) Reared in Tank Culture. In: XIV International Symposium on Fish Nutrition and Feeding, Qingdao, China, Book of Abstracts, 2010; 190 pp.
Morken T, Kraugerud OF, Barrows FT, Srensen M, Storebakken T, verland M. 2011. Sodium Diformate and Extrusion Temperature Affect Nutrient Digestibility and Physical Quality of Diets With Fish Meal and Barley Protein Concentrate for Rainbow Trout (Oncorhynchus mykiss). Aquaculture, 317: 138--145.
Mustafa S.A., Al-Faragi J.K. 2021. Supplementation of Feed Additives on Aquaculture Feeds: A Review. 13(1): 561-567.DOI: http:doi.org/10.31838/ijpr/2021.13.01097
National Research Council (NRC). 2011. Nutrient Requirements of Fish. National Academy Press, Washington, DC. 376 pp.
Ng WK, Chik-Boon K, Kumar S, Siti-Zahrah A. 2009. Effects of Dietary Organic Acids on Growth, Nutrient Digestibility and Gut Microflora of Red Hybrid Tilapia, Oreochromis sp., and Subsequent Survival During a Challenge Test With Streptococcus agalactiae. Aquaculture Research, 40: 1490--1500.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor  1/Permen-KP/2019 Lampiran I Tentang Obat Ikan
Ramli N, Heindl U, Sunanto S. 2005. Effect of Potassium-Diformate on Growth Performance of Tilapia Challenged With Vibrio anguillarum. Bali, Indonesia, Â World Aquaculture Society, 9--13.
Silva BC, Vieira FN, Mourio JL, Ferreira, GS, Seiffert WQ. 2013. Salts of Organic Acids Selection by Multiple Characteristics For Marine Shrimp Nutrition, Aquaculture, 384--387: 104--110.
Zhou F, Ji B, Zhang H, Jiang H, Yang Z, Li J, et al., 2007. Synergistic Effect of Thymol and Carvacrol Combined With Chelators And Organic Acids Against Salmonella typhimurium. Journal of Food Protection, 70 (7): 1704--1709.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H