Pada tulisan kali ini penulis lagi-lagi masih senang ngobrol seputaran potensi bakteri. Tentunya pembaca sekalian sangat mengenal sumber mata air panas bukan? hampir di setiap pulau di Indonesia memiliki kawasan dengan kondisi alami mata air panas.
Sumber mata air panas, satu dari banyak sumber energi alternatif yang tersimpan dalam perut bumi. Energi dari sumber ini tidak akan habis dan selalu dapat terbaharukan. Air panas dari perut bumi terbentuk dari aktivitas antara air dan batuan di bawah permukaan tanah.
Bagaimana panas bumi dapat menjadi produk akhir yang dapat dimanfaatkan sebagai energi listrik ? Nah, kemudian pertanyaan selanjutnya akan seperti itu. Penjelasan singkatnya, air tanah di dalam perut bumi secara fisik menerima kalor suhu tinggi dan keluar ke permukaan tanah dalam bentuk  uap. Uap akan menggerakkan turbin generator listrik. Kemudian, listrik yang ada secara realtime dialirkan dengan transmisi PLN untuk didistribusikan kepada pengguna.
Mengulik potensi Indonesia yang cukup besar ditinjau dari letak pada pertemuan tiga lempeng tektonik menjadikan posisi kita sangat strategis. Dampaknya tentu kelimpahan energi panas bumi yang dapat dieksplorasi.
Per satuan luas energi panas bumi di permukaan, berdasarkan jumlah yang dimiliki negara kita menempati urutan top 5 di dunia. Sedangkan dari variabel tinggi suhu yang dihasilkan, kita ada di urutan kedua dunia. Sekitar 252 lokasi berpotensi memiliki energi geotermal ada di setiap pulau di Indonesia.
Sisi lain dari potensi energi panas bumi akan kita obrolin seperti di bawah ini.
Bakteri toleran panas pada sumber kawasan geotermal
Kondisi geologi alamiah ini merupakan lingkungan natural bagi kelompok mikroorganisme tertentu, termasuk bakteri. Bakteri bersifat kosmopolitan. Kita bisa temukan makhluk ini dimana saja kita berada. Tersebar di titik-titik potensial, termasuk pada kondisi ekstrim seperti kawasan geotermal. Bakteri termofilik sebutan untuk bakteri toleran suhu tinggi.
Bakteri ekstrim hidup dan bertahan, nyaman beraktivitas serta berinteraksi satu dengan lainnya di lingkungan. Bakteri ekstrim ini masuk dalam kelompok Archaebacteria dalam tatanan klasifikasi makhluk hidup. Khasnya, ada reduksi CO2 menjadi gas metana CH4.
Bakteri ekstrim lainnya yang sudah dikenal dapat bersumber dari daerah alkali (alkaliphilic) yang cenderung dengan pH basa seperti lahan gambut. Selain itu ada kondisi bertahan hidup pada suasan ekstrim asam (acidophilic), kadar garam tinggi (halophilic), Â pada tekanan tinggi (piezophilic) dan sebagainya.