Pada kesempatan lain, Gereja Atmodirono akan disita tentara Jepang.
Segera Rama Kanjeng meminta orang-orang untuk mengisi ruangan-ruangan yang kosong dan supaya pintu-pintu itu diberi nama Romo-Romo supaya semua ruangan terlihat ada penghuninya.
Dengan cara-cara seperti inilah Rama Kanjeng berhasil untuk menyelamatkan Harta Gereja.
Peralihan Kekuasaan Jepang.
Serangan balik bom atom Amerika atas Hirosima dan Nagasaki mengakhiri ekspansi Jepang di wilayah Asia Pasifik.
Dalam kondisi kekosongan pemerintahan ini, Bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.
Pemerintahan Jepang diambil alih oleh Sekutu yang dipimpin oleh Inggris menjadi ancaman berat bagi bangsa Indonesia yang baru saja merdeka ini adalah penyusupan Belanda dengan maksud ingin menguasai kembali wilayah Indonesia.
Pada masa-masa peralihan antara pemerintahan Jepang dengan Sekutu yang diboncengi oleh Belanda dan sekaligus masa berdirinya Indonesia sebagai bangsa inilah peran Rama Kanjeng juga cukup besar sebagai Pimpinan Gereja Katolik sekaligus sebagai warga negara Indonesia.
Pertempuran 5 hari di Semarang.
Hari itu adalah hari kedatangan tentara sekutu di kota Semarang.
Kota Semarang telah diblokade oleh tentara Jepang karena kemarahan mereka atas penyerangan pemuda-pemuda Semarang sebelum hari-hari mencekam itu. Kedatangan tentara sekutu dimanfaatkan oleh Rama Kanjeng untuk kembali mengekspresikan keunggulannya dalam berdiplomasi. Rama Kanjeng mendesak pimpinan tentara sekutu untuk mengadakan perundingan dengan pimpinan tentara Jepang dan berhasil mempertemukan dua pimpinan itu di Pastoran Gedangan. Dari Perundingan itu Rama Kanjeng juga mendapatkan info dari Pimpinan Tentara Jepang bahwa malam tanggal 20 Oktober 1945 itu tentara Jepang akan menjebak pemuda-pemuda Semarang dan menghabisi mereka di daerah Karang Tempel.