Aku berusaha melupakan dia dengan berbagai cara. Mulai dari berhenti berteman maupun mengikutinya di sosial media hingga melakukan berbagai hobiku.Â
Untuk sesaat mungkin aku bisa pura-pura telah melupakan dia. Namun, kenyataannya aku malah justru gampang teringat tentang dia ketika dihadapkan pada suatu peristiwa yang pernah berkaitan dengan kebersamaanku dulu dengan dia.
Waktu SMA pun berlalu begitu cepat. Aku pun awalnya bekerja paruh waktu di KUMON sambil mengikuti berbagai seleksi beasiswa masuk perguruan tinggi negeri maupun swasta. Hingga akhirnya tahun 2023 aku lolos UTBK-SNBT di  salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di Jawa Timur.
Akupun memulai kehidupan baruku sebagai seorang mahasiswa baru Universitas Airlangga. Siapa sangka bahwa ternyata aku dipertemukan lagi dengan dia secara kebetulan. Ternyata kita sama-sama berkuliah di kampus B meskipun berbeda fakultas maupun program studi yang dipilih.
Pertemuan pertamaku dengan dia saat aku mengikuti kegiatan diskusi bersama dengan teman-teman sobat magang BEM Unair di Amphiteater depan FISIP saat malam hari.Â
Awalnya, aku antara percaya tidak percaya bisa bertemu dengan dia setelah sekian lama. Aku sempat ragu apakah itu benar dia atau bukan. Hingga aku memberanikan diri bertanya melalui DM di Instagram. Ternyata aku tidak salah lihat, dia mengatakan bahwa benar dia saat itu memang sedang mengikuti rapat HIMA di tempat yang sama.
Perasaanku saat itu campur aduk dan membuatku bingung. Akupun mulai nervous, Tremor, suhu tubuhku menjadi agak dingin. Perhatianku sering kali tertuju kepadanya.Â
Ternyata perasaan suka dan kagum terhadapnya mungkin masih ada. Aku bisa merasakannya saat itu. Aku pikir mungkin itu pertama dan terakhir kalinya kita bertemu secara kebetulan.
Ternyata tidak demikian, kita masih bisa bertemu beberapa kali tanpa disengaja saat berada di area kampus B. Salah satunya ketika hari Senin pagi moodku sedang kurang baik.Â
Kita bertemu di area FEB secara mengejutkan. Akupun yang tepat berpapasan dengannya mulai salah tingkah hingga berusaha menyapa dia namun hampir tidak bersuara karena menahan perasaan nervous. Dia pun tersenyum menganggukkan kepala membalas sapaanku.
Moodku langsung membaik dan bersemangat mengikuti kelas pagi di hari Senin. Sepanjang mengikuti perkuliahan hari itu hingga esoknya aku hanya sering tersenyum ketika mengingat momen pertemuan yang secara kebetulan terulang kembali untuk kesekian kalinya.