Tentang sepotong brownies, cemara, atau senja yang masih tertinggal.
Tentang lakon, istana, atau perempuan dan monolog sepi.
Berkisah eja, mengupas fakta dalam rahasia.
Berpegang lama dalam jagad aksioma.
"Mereka-Tidak-Peduli"
Progeni jelas memasung logika.
Prokurasi sempurna tegas membentuk jiwa.
"Pun-Mereka-Tetap-Tidak-Peduli"
Tegap, dalam masa yang kian tiarap.
Ofensif sekarang, sudah sangat menderap.
Tiap nafas memekakan obstruen-obstruen kekesalan.
Tawa pun halus menjelma pemberontakan.
Adalah aku, nyala lilin di sudut ruang sepi.
Adalah aku, yang kini perlahan indranila.
"Baiklah...."
Lupakan saja prahara, karena bahagia mengembara di tiap bait aksara.
Dan [semoga] selalu ada makna di balik sederhana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H