Film merupakan salah satu hiburan yang sudah tidak lazim lagi dikenal oleh seluruh kalangan masyarakat. Aktivitas menonton film adalah aktivitas sehari-hari yang dilakukan orang-orang ketika sedang ingin melepas penat atau mengisi waktu luang.
Â
Saat pertama kali muncul di dunia, film masih berwujud hitam dan putih. Tetapi, seiring berkembangnya zaman dan teknologi, film pun juga semakin berkembang. Akhirnya, lahirlah film yang berwarna untuk pertama kalinya.Â
Namun, walaupun film berwarna sudah menjadi standar dari pembuatan film, beberapa pembuat film masih terus memilih untuk membuat film mereka dalam bentuk hitam dan putih dengan alasan estetika atau pun anggaran.Â
Beberapa di antaranya adalah "Manhattan" (1979) dan "The Artist" (2011). Sebagian besar film Hollywood telah diproduksi secara berwarna pada akhir tahun 1950an dan produksi film hitam dan putih pun mulai berkurang pada pertengahan 1960an (McKrittick, 2019).
Salah satu film berwarna yang muncul di dunia Hollywood adalah "The Wizard of Oz" (1939). Pastinya pembaca sudah mengenal atau pernah mendengar judul film tersebut.Â
Film tersebut adalah film yang dinikmati oleh semua orang dari segala usia. "The Wizard of Oz" telah menjadi sebuah bagian dari budaya Amerika yang di mana anak-anak tumbuh dengan menonton film tersebut. Narasi film tersebut juga memberikan penampakan bagaimana seseorang tumbuh di Amerika.Â
Dorothy yang menjadi pemain utama harus menemukan jalan pulang dari Never-Never Land of Oz yang masih sangat kekanak-kekanakan untuk menjadi gadis dewasa. Dapat dikatakan bahwa film ini memperlihatkan coming of age khas Amerika kepada penontonnya.
Film "The Wizard of Oz" bukanlah film berwarna pertama di dunia, namun film ini memberikan impact yang cukup besar di budaya populer, terutama di dunia Hollywood. Tentu saja dengan adanya perubahan dalam pewarnaan film ini memberikan kita penjelasan yang lebih dalam tentang karakter dan narasi yang diceritakan.
Tidak cukup jika hanya mengandalkan acting untuk menggambarkan karakter, warna juga sangat banyak mempengaruhi penggambaran secara visual.Â
Demikian halnya juga dengan alur cerita. Dengan adanya penggunaan warna, dapat membantu penonton lebih mendalami kompleksitas cerita film tersebut. Â
Selain itu, fungsi penting lainnya adalah warna dapat mempengaruhi emosi penonton. Sebagai contoh warna kuning merupakan warna yang berkaitan dengan sesuatu yang ceria dan semangat, sedangkan warna abu-abu merupakan warna yang lesuh dan kusam.
Warna-warna yang ada di "The Wizard of Oz" melengkapi sentuhan magical yang ada di dalamnya. Penonton dapat ikut larut ke dalam cerita dan menikmati setiap skenario yang ada. Film yang penuh warna memang merupakan langkah yang revolutionary di dalam dunia perfilman.
"If we walk far enough," says Dorothy, "we shall sometime come to someplace."
 L. Frank Baum, The Wonderful Wizard of OzÂ
Sumber:
McKittrick, C. (2019). How Movies Went From Black and White to Color.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H