Mayor Kusmanto tampak serius menghadapi kertas di depannya. Itu denah markas Belanda. Beberapa kali ia terlihat berbicara sambil menunjuk-nunjuk peta. Amirin tak tahu apa yang dibicarakan, tetapi ia tahu ini menyangkut keselamatan suaminya. Perlahan ia keluar dari ruang tengah dan menuju ke pendopo.
"Selamat malam, Mayor," sapanya.
Mayor Kusmanto berhenti dari kegiatannya dan mengangguk hormat kepada nyonya rumah.
"Kami sedang menyusun strategi, Bu. Fajar nanti kami akan membebaskan Bapak."
"Terima kasih, Mayor," sahutnya.
"Kita berdoa saja, Bu, semoga usaha kita berhasil."
Amirin mengangguk. Â Ia harap begitu.
"Ada satu yang ingin saya sampaikan, Mayor," ujarnya lagi.
Mayor Kusmanto menatapnya.
"Siang tadi ketika Belanda menggeledah rumah ini, saya sempat mendengar suara seseorang yang menunjukkan keberadaan suami saya kepada serdadu-serdadu itu."
"Suara sengau berbahasa Belanda, Bu?" jawab Mayor Kusmanto. Amirin mengangguk.