Les mapel tentu saja bukan hal yang buruk. Tetapi, kita harus mempertimbangkan beberapa hal, antara lain:
1. Apakah sudah sesuai dengan kebutuhan anak?
Misalnya saja, anak lemah matematika dan gurunya di sekolah sudah mentok untuk mengajarinya. Semetara itu, orang tua tak cukup punya waktu dan keahlian. Maka, sebaiknya anak memang dipanggilkan guru les yang dibutuhkan.
2. Apakah sesuai dengan minat anak?
Anak bukanlah fotokopi kita. Anak adalah individu yang unik, punya minat dan bakat sendiri. Maka, orang tua tak boleh memaksakan sang anak untuk terus mengikuti keinginannya. Orang tua hanya bisa mengarahkan anak agar tak salah memilih. Saya sering melihat anak yang sangat tertekan ketika mengikuti les hanya karena menuruti kemauan orang tuanya. Jika anak melakukannya dengan terpaksa, saya yakin hasilnya tak akan optimal.
3. Apakah guru les yang dipilih memang benar-benar mumpuni?
Sekarang ini banyak sekali lembaga bimbel atau guru les privat yang menawarkan jasanya. Â Orang tua yang hendak memilihkan temapt les untuk anaknya harusnya jeli memilih tempat untuk les anaknya. Jangan sampai salah pilih tempat les yang hanya menawarkan hasil instan saja, tetapi carilah tempat les yang membantu anak untuk memahami proses. Â Kita bisa mengetahuinya berdasarkan informasi dari anak-anak yang pernaha mengikuti les di tempat-tempat tersebut.
Namun, bagi saya pribadi, selama masih bisa membantu anak di rumah, mengapa mesti kita leskan pada orang lain? Selain kita bisa menjamin proses belajarnya, kita juga bisa merekatkan kedekatan kita dengan anak. Mumpung mereka masih butuh kita. Â Suatu hari nanti, Â mungkin mereka akan bilang, "Ah, Ibu, masak yang beginian gak tahu, sih." Hehehe.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H