Mohon tunggu...
Dian Kelana
Dian Kelana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengelana kehilangan arah

www.diankelana.web.id | www.diankelanaphotography.com | www.diankelana.id

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Ayam Serundeng, Kuliner Nikmat di Kaki Lima Pasar Baru

18 Februari 2020   08:55 Diperbarui: 18 Februari 2020   08:52 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Status Boss Madyang di Group KPK Facebook yang merujuk ke artikel Rahab Ganendra di Kompasiana, mengingatkan saya akan Pasar Baru, Jakarta Pusat. 

Pasar Baru bagi saya ibaratnya arena bermain. Karena sejak awal 1980an, minimal sekali seminggu saya akan pergi ke sana. Berbelanja bahan baku fotografi untuk kebutuhan studio, maupun untuk dagangan. Seperti Film, kertas foto, bahan kimia untuk mencetak pas foto hitam putih, bingkai foto dan sebagainya. 

Undangan KPK yang dimuat di Kompasiana tersebut, membuat saya ingin bernostalgia di Pasar Baru. Apalagi kali ini kami ditawarkan makan ayam serundeng, yang bagi saya adalah sesuatu yang baru dan belum pernah menikmatinya. Mendengar namanya saja baru juga kali ini. 

Juga, sejak beralih ke kamera digital, saya jarang ke Pasar Baru. Dan lagi saat ini saya tidak lagi tinggal di Tomang, tapi sudah pindah ke Tangerang, walau aktifitas saya sehari-hari tetap di Jakarta.

Berangkat dari tempat kerja di Kota Bambu, saya naik Grab ke Pasar Baru. Tidak sampai 15 menit saya sudah sampai di Harco Pasar Baru. Di Group WA saya membaca kalau sudah ada teman yang juga sudah sampai di tempat kami janjian berkumpul. Tapi karena azan Ashar sudah berkumandang, sebelum sampai di tempat berkumpul,  saya minta izin dulu untuk shalat di mushalla An Nur yang berada di atap Harco Pasar Baru.

Selesai shalat saya lalu menuju tempat teman-teman sudah berkumpul di teras pertokoan Atom Pasar Baru. Setelah berkumpul semua kami pun berjalan kaki menuju lokasi warung yang menjual Ayam Serundeng yang jaraknya hanya sekitar 50 meter dari posisi kami semula. 

Awalnya saya menduga warung ini ada di puja sera Harco Pasar Baru. Nggak taunya "warung" tersebut berada di kaki lima dekat tangga yang berada di samping Harco Pasar Baru. 

Ibu Kusnia yang berkuredung hitam, tengah melayani teman-teman KPK (Dokpri)
Ibu Kusnia yang berkuredung hitam, tengah melayani teman-teman KPK (Dokpri)

Berbekal hanya sebuah tampah berdiameter tidak sampai satu meter, di hadapan kami terletaklah ayam goreng berwarna kehitaman. Kamipun lalu duduk di bangku dan juga sebagian di tangga pertokoan, mengelilingi tampah berikut penjualnya. 

Di bagian tengah tampah teronggok potongan ayam goreng yang terdiri dari paha, dada, sayap, juga kepala ayam. Di sekelilingnya bersusun jeroan ayam yang ditusuk seperti sate yang diantaranya terdapat usus, hati, ampla dan lainnya. 

Sebagai topingnya disebarkan serundeng kelapa yang sudah dibumbui dan berwarna coklat kehitaman. Serundeng kelapa inilah yang kemudian dipakai sebagai nama masakan ayam goreng ini, Ayam Serundeng .   

Boss Madyang tengah menikmati Ayam Serundengnya (Dokpri)
Boss Madyang tengah menikmati Ayam Serundengnya (Dokpri)

Kusniah, demikian nama pedagang Ayam Serundeng ini. Bersama Pranata sang suami yang dengan setia mendamping sang istri berjualan bahkan juga bertugas sebagai "kasir" yang menerima pembayaran dari para pembeli dagangan mereka.

Menurut kisahnya saat kami ajak ngobrol, pak Pranata maupun ibu Kusniah yang saling bantu menceritakan kisah perjalanan bisnis mereka, merceritakan bahwa usaha mereka ini bermula sejak tahun 2002, dengan menjajakan barang dagangan mereka di sekitar pertokoan Pasar Baru.

Mengasong ini mereka jalani selama 3 tahun. Setelah dikenal oleh warga maupun pedagang serta pengunjung, akhirnya mereka mulai membuka lapak di jalan sisi belakang gedung Harco Pasar Baru. 

Ayam goreng yang bertabur serundeng kelapa dan sambal yang lumayan pedas (Dokpri)
Ayam goreng yang bertabur serundeng kelapa dan sambal yang lumayan pedas (Dokpri)

Menghabiskan 10 ekor ayam sehari, mereka mulai buka pukul 4 sore. Karena sudah cukup dikenal dan juga karena masakan Ayam Serundeng mereka cukup enak, hanya dalam waktu 2 jam dagangan mereka pun ludes diserbu pembeli. Karena masakan ayam serundeng mereka ini sudah cukup dikenal, sering juga mereka mendapat pesanan untuk hajatan. 

Dari hasil berdagang Ayam Serundeng ini, pasangan suami istri yang berasal dari Cirebon dengan tiga anak ini berhasil menuntaskan sekolah anak mereka hingga jadi sarjana. Malah anak bungsu mereka yang bernama Seno Aji, saat ini berhasil mendapat beasiswa dan telah 5 tahun berada di Jepang dengan berhasil menyelesaikan S2 dan kini tengah mengikuti program S3 Fisika.

Ibu Kusniah dan pak Pranata sang suami, bersama dagangan Ayam Serundeng mereka (Dokpri)
Ibu Kusniah dan pak Pranata sang suami, bersama dagangan Ayam Serundeng mereka (Dokpri)

Image by KPK
Image by KPK

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun