Mohon tunggu...
Dian Kelana
Dian Kelana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengelana kehilangan arah

www.diankelana.web.id | www.diankelanaphotography.com | www.diankelana.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Upah Pertama Hasil Cucuran Keringatku

25 April 2019   09:54 Diperbarui: 25 April 2019   20:54 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Angkatan pertama membawa dua batu bata aku lolos. Tapi perasaanku belum tenang, dadaku masih berdebar-debar. Aku melanjutkan dengan angkatan kedua.

Karena angkatan pertamaku dengan dua batu bata terasa tidak terlalu berat, maka pada angkatan kedua aku lalu menambah satu lagi menjadi tiga batu bata, dan kembali aku lolos dan tidak mendengar kata-kata yang melarang aku untuk membantu mereka.

Lolos dalam dua angkatan, aku semangin bersemangat membantu. Angkatanku pun aku tambah satu lagi menjadi empat buah batu bata.

Hanya saja, kalau pada angkatan pertama dan kedua aku mengangkat batu bata itu dengan sedikit agak membongkok agar batu bata itu tidak menyentuh bajuku, maka pada angkatan ketiga ini aku lalu membuka baju, dan mengangkat batu bata itu dengan menahannya dengan perut dan dadaku dengan posisi tubuh tidak lagi membungkuk tapi tegak dan agak sedikit doyong ke belakang.

Mendapat mainan baru dan tanpa ada yang melarang, aku semakin bersemangat. Tangan dan dadaku yang mulai memerah kena lunturan batu bata bercampur keringat tidak lagi menjadi perhatian. 

Aku berusaha melangkah lebih cepat dari si bapak yang mengangkat 10 batu bata sekaligus. Saking bersemangatnya aku berusaha membalap si bapak satu angkatan dia dengan dua kali angkatan dariku, walau itu berakibat nafasku jadi ngos-ngosan.

Membantu tanpa merasa lelah, akhirnya truk yang kami isi itupun penuh dan bagian belakang bak truk itu ditutup. Begitu selesai, aku lalu mengambil baju dan berdiri menunggu truk itu berjalan meninggalkan pabrik batu bata itu. 

Begitu truk bergerak, akupun lalu berjalan menuju masjid untuk membersihkan tubuhku yang berlepotan dengan keringat bercampur debu batu bata yang berwarna merah.

Baru saja aku melangkah meninggalkan pabrik batu bata itu, suara pemilik pabrik terdengar memanggilku. Aku yang tadinya sudah melangkah menuju jalan lalu berbalik arah dan melihat kepada pemilik pabrik yang berjalan mendekatiku.

"Ini buat jajan dan beli sabun mandi dan sabun cuci" katanya sambil menyodorkan   sejumlah uang ke tanganku. Dengan rasa tak percaya dan ragu-ragu, aku lalu menerima pemberiannya. Aku tak ingat lagi berapa aku diberi waktu itu, karena rasa senang bisa membantu pekerjaan mereka lebih menguasaiku. 

Setelah mengantongi uang yang diberikan si pemilik pabrik, aku langsung berlari menuju masjid sambil memegangi baju agar tak mengenai tubuhku yang kotor. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun