"Ciak! Oo... Ciak!"
Tak lama berselang seorang gadis muncul dari balik pintu. "Mancari sia pak?
"Ado ciak Tiara di rumah? pak Uwo menjawab pertanyaan gadis itu dengan pertanyaan lagi.
"Tunggu sabanta, yo pak..."
Kami mendengar orang berbicara di dalam rumah, tak begitu keras, tapi karena di sekitarnya sepi aku masih bisa mendengarnya, walau tidak begitu jelas.
Gadis itu kembali muncul dari dalam rumah, tapi dia tidak sendiri. Seorang wanita tua agak gemuk dan lebih rendah dari si gadis, tapi kelihatannya masih sehat mengiringi di belakang.
"Eee... Katik, naiaklah..." si ibu yang juga sudah aku kenal itu pun menyuruh kami naik kerumah, setelah melihat dan tahu siapa yang datang.
Setelah kami naik dan duduk serta ngobrol berbasa basi, pak Uwo lalu membicarakan maksud kedatangan kami, yaitu untuk minta bantuan mengantarkan aku ke Panti Asuhan, hal yang juga sudah dibicarakan dengan beliau di kampung. Dalam pembicaraan itu dikatakan bahwa ibu Tiara akan mengantarkan aku ke Panti Asuhan Muhammadiyah, di Bunian, besok harinya.Â
Setelah pembicaraan mengenai aku selesai dan dilanjutkan dengan ngobrol yang diselingi dengan shalat zuhur dan makan siang, akhirnya pak Uwo pamit kembali pulang ke kampung. Sementara aku tinggal, menunggu hari esok menuju duniaku yang baru, Panti Asuhan....
=====
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI