Mohon tunggu...
Dian Kelana
Dian Kelana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengelana kehilangan arah

www.diankelana.web.id | www.diankelanaphotography.com | www.diankelana.id

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menuju Kota Harapan dengan Kereta Api

7 Maret 2019   11:28 Diperbarui: 7 Maret 2019   16:59 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dugaanku nampaknya tidak salah, karena begitu kami sampai di sana, aku melihat jalan di sebelah kanan kami ditutup dan di jalan itu aku melihat banyak pedagang kelapa.

Di sesebelah kiri jalan aku melihat bendi-bendi berbaris menunggu penumpang. Jalan yang kami lewati semakin padat, tanganku tak pernah lepas dari pegangan pak Uwo.

Kami melewati toko-toko yang berjejer di sebelah kanan, sementara di sebelah kiri jalan raya penuh dengan aneka kendaraan, bus, truk, bendi dan juga gerobak roda tiga.

Karena ramainya jalan yang aku lewati, aku tidak bisa lagi memperhatikan apa-apa yang ada di sekelilingku, karena aku juga sibuk menghindar dari tabrakan dengan orang-orang yang berjalan berlawanan arah dengan kami.

Kembali kami melewati sebuah jalan yang ditutup di sebelah kanan kami, para pedagang memenuhi jalan dilindungi dari panas matahari dengan payung raksasa terbuat dari kertas semen.

Di kiri seberang jalan, aku melihat bangunan panjang dengan halaman yang luas, gerbangnya bergonjong seperti rumah gadang dan penuh dengan ukiran.

Di ujung pasar kami berbelok ke kanan, aku melihat banyak mobil oplet berbaris di sebelah kiri kami, rupanya kami masuk terminal. Apakah aku juga akan diajak naik mobil lagi, tanyaku dalam hati. Kami berjalan terus sepanjang terminal, sampai bertemu simpang empat. Kami lalu belok kiri, melintas terminal.

Di sebelah kiri berjejer oplet manunggu penumpang. Di sebelah kanan, seberang jalan, aku melihat bus-bus besar seperti bus Sinar Riau yang aku tumpangi ke Pekanbaru dulu. 

Sampai di belakang terminal kami belok kanan, melewati jalan yang membatasi terminal dengan rumah penduduk. Aku bingung karena kami tidak naik oplet atau bus seperti yang aku bayangkan tadi, melainkan berjalan lurus masuk kampung dan menjauh dari terminal.

Setelah beberapa lama, jalan itu berbelok ke kiri dan tak berapa jauh setelah itu belok lagi ke kanan. Tidak begitu jauh dari tikungan terakhir, pak Uwo berbelok memasuki pekarangan sebuah rumah, aku mengikuti dengan penuh tanda tanya.

Setelah dekat ke pintu rumah, pak Uwo memanggil tuan rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun