Mulai sejak itu penduduk yang ingin menjual hasil pertanian maupun industri rumah tangga lainnya mulai berdatangan kesana. Dengan semakin ramainya pasar tradisional itu, pemerintahan Belanda pun kemudian mendirikan kios sederhana untuk para pedagang yang awalnya hanya berbentuk tenda darurat yang ditutupi kain.Â
Sejak adanya pasar Projo, yang awalnya bernama pasar Ambarawa, telah terjadi beberapa kali renovasi. Renovasi terakhir adalah pada tahun 2014, dimana sebelumnya terjadi kebakaran besar yang menghanguskan seluruh pasar. Pasar berlantai dua ini selesai di renovasi tahun 2015 dengan biaya sekitar 47 milyard
Akhir perjalanan kami mengeliling pasar Projo, Ambarawa, adalah naik ke puncak lantai atas pasar. Ini saya lakukan untuk mendapatkan pemandangan latar belakang pasar Projo, yang setelah saya sampai di puncak pasarnya, benar-benar fantastis indahnya. Melihat ke sekeliling Pasar Projo, membuat saya takjub dengan keindahannya.Â
Di selatan belakang pasar mulai dari timur hingga ke barat saya melihat bentangan danau Rawapening yang begitu indah dengan latar belakang Gunung Telomoyo dan Merbabu bagaikan mengawasi keindahan sekelilingnya. Sementara dibagian Utara menjulang gunung Sindoro.Â
Untuk mendapat foto yang lebih baik lagi, saya memanjat atap bagian belakang pasar, yang memperlihatkan luasnya pemandangan Danau Rawa Pening. Walau cukup jauh dari pasar, namun Rawa Pening tertlihat begitu mempesona saya, sehingga jari saya begitu sulit untuk dihentikan memencet tombol kamera HP Lenovo P70 itu. Diakhir tinjauan sayapun selfie bersama sang kepala pasar yang begitu sabar menerima kehadiran saya dan memberikan keterangan yang saya perlukan.
[caption caption="Matahari pagi mulai menerangi Ambarawa dari kegelapan. Foto:Dian Kelana"]
Â
[caption caption="Transaksi pagi. Foto: Dian Kelana"]
[caption caption="Menunggu pembeli. Foto: Dian Kelana."]
[caption caption="Tempat bertemunya Pedagang dan Pembeli. Foto: Dian Kelana"]