Mohon tunggu...
Dian Kelana
Dian Kelana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengelana kehilangan arah

www.diankelana.web.id | www.diankelanaphotography.com | www.diankelana.id

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Tiga Fotografer "Keroyok" Sepasang Pengantin!

4 Maret 2016   10:34 Diperbarui: 4 Maret 2016   11:14 1153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru saja saya masuk dan dipersilakan duduk di ruang tamu, saya lihat di atas meja sudah tergeletak dua album baru yang di cover depannya terpampang dengan jelas foto pengantin yang kami abadikan tiga hari yang lalu. Terbayanglah foto yang ada di dalamnya, yang sudah pasti akan sama isinya dengan foto-foto yang ada di kamera saya! Tapi saya berusaha untuk tetap bersikap tenang, agar kegalauan yang saya rasakan tidak terbaca oleh tuan rumah.

Saat ibu pengantin perempuan memberikan undangan yang saya minta, dia mengatakan album yang diatas meja itu dari Buyung, fotografer yang sudah lama jadi langganan dia. Sementara foto yang diabadikan fotografer cewek yang dipesan oleh keluarga pengantin pria, baru akan diantarkan besok. Sebagai basa-basi, saya lalu mengambil dan membuka dan melihat-lihat foto-foto yang ada di dalamnya. Seperti dugaan saya sebelumnya, 80% dari isi album tersebut, fotonya sama dengan yang saya punyai.

Pulang kerumah saya berfikir keras, bagaimana caranya saya harus menampilkan isi album foto karya saya agar bisa tampil beda. Sebab dari kecepatan kerja saya sudah kalah dari Buyung yang dalam waktu dua hari sudah menuntaskan pekerjaannya. Sementara saya, fotonya saja belum dicetak. Benar-benar bikin stress.

Sebuah kebetulan yang sangat membantu dan menginspirasi, saya dapatkan dari tetangga warga keturunan yang baru pindah ke sebelah rumah saya. Suatu sore saat lagi berdiri di depan rumah, saya diajak masuk ke rumah dia. Saat sudah duduk di kursi dan ngobrol, saya melihat sebuah album foto tergeletak di bawah meja  tamu. Waktu saya tanyakan itu album apa, si teman mengatakan itu adalah album foto pengantin mereka. Dia lalu mengambil album tersebut lalu menyerahkannya kepada saya. Dengan penuh antusias saya membuka album tersebut, dengan harapan ada hal yang menarik saya dapatkan disana sebagai inspirasi untuk album foto pengantin saya yang masih terbengkalai.

Benar saja, setiap halaman album tersebut dihias dengan benang emas dan fotonya didesain sedemikian rupa dengan berbagai ukuran dan bentuk potongan, sehingga lebih enak untuk dilihat. Berbeda dengan album foto tradisional yang ukuran fotonya sama, berbentuk persegi panjang ukuran kartu pos. Saya belum pernah melihat sebelumnya album yang diberi hiasan dan variasi foto seperti yang saya lihat di album tersebut, baik distudio foto tempat saya biasa mencetak foto, atau di teman-teman fotografer yang lain.

Selesai bertamu, saya langsung ke rumah dengan semangat yang berkobar dan penuh inspirasi. Tanpa menunggu dan berpikir panjang lagi, saya langsung mengambil film negatif yang belum di cetak, lalu memilih dan menandainya, beserta dengan ukuran foto yang harus dicetak. Begitu selesai, saya langsung ke lab tempat saya biasa mencetak foto di Roxy.

Sementara foto di cetak saya lalu pergi membeli benang emas dengan naik mikrolet ke Pasar Pagi. Pulang dari Pasar Pagi foto saya sudahpun sudah selesai di cetak. Selesai membayar dan mengambil foto, saya segera pulang dengan semangat yang menyala. Sudah terbayang di pelupuk mata akan seperti apa nanti album foto pengantin yang akan saya kerjakan, dan tentu saja dengan tampilan yang berbeda dengan album kedua fotografer teman saya itu.

Mendapat ilmu baru, tentu saja tidak mudah menerapkannya saat dikerjakan. Belajar secara otodidak dan juga mempraktekkannya sendiri, bukanlah hal yang sederhana dan gampang. Begitu juga yang saya alami saat mengerjakan album tersebut. Memotong foto untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan tidak masalah, menempelkannya di album sudah berpengalaman. Tapi, menempelkan benang emas di album? inilah yang membuat keringat dingin bercucuran. Kalau hanya menempelkan lurus, nggak masalah. Tapi kalau benang emas itu haru menikung mengikuti alur potongan foto? Alamak, satu halaman album tak selesai dalam sehari, gubrak, stresss berat....

Namun berkat ketekunan, keyakinan dan keinginan hasil karya saya bisa tampil lebih baik daripada yang dipunyai saingan, seminggu kemudian album pertama saya yang dihias dengan benang emas tersebut selesai juga. Selama mengerjakan album tersebut saya tidak keluar rumah, kecuali kalau sudah sangat mendesak.

Sayapun berharap jangan sampai keluarga pengantin datang mencari saya untuk menanyakan fotonya, dan harapan saya itu alhamdulillah terpenuhi. Sayapun menduga, mereka tidak datang menanyakan fotonya karena mereka sudah mempunyai foto dokumentasi yang lengkap dari dua fotografer teman saya itu. Kalaupun foto yang dari saya tidak ada atau gagal, mereka tidak akan mempermasalahkannya.

Dengan perasaan campur aduk antara takut foto saya sudah tidak dibutuhkan lagi, dan perasaan percaya diri dengan tampilan album saya yang berbeda untuk ukuran tahun awal 90an, saya berjalan menuju rumah keluarga pengantin. Begitu sampai saya mengetuk pintu rumah. Menunggu pintu dibukakan rasanya roh saya tidak lagi berada di sana, terbang melayang entah kemana, hanya tinggal jasad dengan debaran jantung yang tidak karuan, semenitpun rasanya setahun.... halah, lebay....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun