[caption caption="Foto ilustrasi: Dian Kelana"][/caption]
Dalam setiap acara pesta pernikahan, umumnya fotografer yang mengabadikan foto dokumentasi acara tersebut hanya satu orang. Kalau pun lebih, biasanya masih anggota dari grup fotografer yang sama, sebagai pendukung untuk mengabadikan sisi lain dari acara yang berlangsung. Sebab saat ini, sering fotografi sudah menjadi bagian dari paket yang bergabung dalam grup pengusaha atau organisasi pernikahan atau wedding organizer yang terdiri dari pengusaha makanan atau catering, perias pengantin dan pengusaha penyewaan tenda..
Tapi sering juga kita menemukan acara pernikahan itu diabadikan foto dokumentasinya oleh dua fotografer yang berbeda. Maksudnya fotografer professional yang disewa jasanya untuk mengabadikan acara pernikahan dan pesta perkawinan tersebut, bukan fotografer yang merupakan bagian dari anggota keluarga atau teman dari pengantin yang sering juga bersileweran di tengah pesta yang sedang berlangsung. Ini sering terjadi bila masing-masing pihak dari keluarga pengantin laki-laki dan perempuan, menyewa fotografer untuk mengambil foto dokumentasi pernikahan anggota keluarga mereka.
Namun dengan semakin berkembangnya usaha wedding organizer ini, sekarang double fotografer ini sudah jarang ditemukan. Karena untuk urusan pernikahan tersebut saat ini tidak hanya diatur oleh kedua orang tua, tapi sudah melibatkan si anak yang akan menikah. Jadi, tidak hanya ditentukan atau dimonopoli oleh kedua orang tua, yang berujung si anak hanya terima bersih tinggal nongkrong di depan penghulu. Namun kedua calon pasangan pengantin tersebut ikut wara-wiri kesana kemari, termasuk diantaranya menghubungi pihak wedding organizer ini.
Tapi saya pernah mengalami peristiwa acara pernikahan ini diabadikan oleh tiga fotografer yang berbeda! Kalau teringat hal ini, sering membuat saya tersenyum sendiri mengenang bagaimana kerepotan saya beserta dua fotografer lain yang salah seorang diantara fotografer tersebut adalah wanita.
Lalu bagaimana ceritanya satu acara pernikahan berikut resepsinya "dikeroyok" oleh tiga fotografer sekaligus?
Dua minggu menjelang acara, saya dihubungi oleh salah seorang anggota perkumpulan keluarga yang berasal dari daerah dan kampung yang sama dengan saya. Kebetulan rumahnya masih sekelurahan dengan saya di Tomang. Saya sudah beberapa kali bertandang kerumahnya mengikuti pertemuan keluarga, atau hanya sekadar ngobrol bersama dengan teman-teman sekampung lain yang juga bekerja disana sebagai pegawai atau staf perusahaan kontraktor yang dimiliki tuan rumah. Dari seringnya saya kesana inilah dia tahu profesi saya sebagai fotografer. Saat saya datang kerumahnya, saya diminta untuk mengabadikan upacara pernikahan putrinya.
Karena sudah kebiasaan saya datang lebih awal dari acara yang akan berlangsung, maka saya adalah fotografer pertama yang tiba di hari pernikahan tersebut. Sambil memperhatikan lokasi acara dan juga pelaminan yang sudah terpasang di ruang tamu, lalu memperkirakan bagaimana nanti acara akad nikah dan resepsi akan berlangsung, juga dimana tempat strategis agar saya bisa mengabadikan semua acara dengan baik, seseorang memanggil saya dari belakang. Setelah melihat ke arahnya, rupanya dia Buyung, seorang fotografer lain yang sudah sering bertemu di lab studio tempat kami biasa mencetak foto di Roxy.
Kamipun lalu terlibat dalam obrolan, dan dari obrolan itu juga saya tahu bahwa yang memberinya order adalah istri tuan rumah lebih dari sebulan yang lalu. Rupanya Buyung sudah menjadi langganannya, karena kebetulan istri teman sekampung saya ini juga punya bisnis sendiri yaitu salon rias pengantin dan juga penyewaan baju pengantin. Dalam hati saya berkata: “wah bakalan bersaing nih motret sama teman…”, sementara yang saya tahu, Buyung ini memang lebih berpengalaman dari saya dalam pemotretan foto pengantin.
Sementara pengalaman saya lebih banyak memotret ladang minyak di Sumatera sana dan acara formal kantoran selama tiga tahun. Saya lebih hafal rig, christmas tree, oil pipe line, seismic operation, onshore oil exploration dan sebagainya yang berhubungan dengan operasi pengeboran minyak bumi, daripada liku-liku pemotretan pengantin. Kacau deh dapat saingan berat…. :-(
Mendekati jam 08.00, rombongan pengantin pria datang. Saya dan Buyung bangun dari tempat duduk, menyongsong untuk mengabadikan kedatangan mereka, menenteng “senjata” masing-masing.