Mohon tunggu...
Dian Kelana
Dian Kelana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengelana kehilangan arah

www.diankelana.web.id | www.diankelanaphotography.com | www.diankelana.id

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kenapa Penyerapan Lulusan SMK Lebih Rendah dari SMA?

22 Desember 2015   07:45 Diperbarui: 4 April 2017   18:14 2669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Sebuah tanda tanya besar menggantung di kepala kita, saat melihat data yang dikeluarkan oleh kantor Biro Pusat Statistik tentang angkatan kerja Indonesia dan penyerapannya di dunia kerja.

Pertanyaan itu bersumber pada data yang mengungkapkan rendahnya penyerapan tenaga kerja yang berasal dari lulusan SMK dibandingkan dengan mereka yang lulusan SMA. Padahal seharusnya sesuai dengan tujuan pembentukan atau pendirian SMK ini adalah untuk menyiapkan tenaga trampil untuk mengisi lowongan pekerjaan dengan keterampilan tingkat menengah, sesuai dengan klasifikasi kebutuhan perusahaan. Lalu kenapa justru mereka yang sudah dipersiapkan ini justru tidak bisa mengisi pos-pos pekerjaan yang sebenarnya adalah untuk mereka? Lalu bagaimana dengan tenaga kerja ini mempersiapkan diri menghadapi pasar bebas Asean yang dipresentasikan sebagai Masyarakat Ekonomi Asean, yang gemboknya akan dilepas dan pintu masuknya tenaga asing itu akan dibuka beberapa hari lagi?

Sebuah seminar menyambut MEA untuk siswa SMK
Sebuah seminar menyambut MEA untuk siswa SMK
Kita masih ingat, beberapa tahun yang lalu seorang menteri di kabinet SBY tampil menjadi bintang iklan khusus untuk memajukan dan memancing minat para tamatan SMP untuk masuk ke SMK. Semua stasiun TV menayangkan iklan tersebut, kitapun masih ingat tagline mereka: SMK bisa! Sehingga berbondong-bondonglah para tamatan SMP itu untuk masuk SMK. Sehingga di beberapa sekolah swasta yang menyelenggarakan pendidikan untuk kedua sekolah menengah tersebut terjadi perubahan yang cukup besar, dimana siswa yang mendaftar ke SMK lebih banyak dari siswa SMA, sekaligus membuang stigma yang sudah lama berkembang di masyarakat, bahwa SMK adalah tempat murid buangan yang tidak bisa menembus persaingan masuk SMA.

IMG_4516
IMG_4516
Namun apa yang kita lihat dari data BPS tersebut, sepertinya terjadi anomali. Justru mereka yang tamat SMK tersebut kurang terserap oleh pasar tenaga kerja, lalu dimana letak salahnya? Apakah karena pelajaran yang diberikan di SMK masih mentah dan hanya menyentuh kulitnya saja dari setiap jurusan yang sediakan, sehingga ketika para lulusan SMK tersebut sering berguguran disaat melamar ke perusahaan? Sebuah pertanyaan yang membutuhkan jawaban segera. Sebelum lowongan yang seharusnya diisi oleh para tamatan SMK tersebut ditempati oleh para pekerja asing yang datang menyerbu Indonesia sebagai imbas telah dibukanya dengan resmi Masyarakat Ekonomi Asean tersebut.

IMG_4458
IMG_4458
Sebagaimana diketahui dan telah disebarkan ke tengah masyarakat dalam berbagai bentuk seminar maupun berita di media cetak dan elektronik, bahwa Masyarakat Ekonomi Asean adalah sebuah integrasi ekonomi Asean dalam menghadapi perdagangan bebas antarnegara-negara Asean. Seluruh negara anggota Asean telah menyepakati perjanjian ini.

Dalam menghadapi persaingan yang teramat ketat dalam MEA ini, negara-negara Asean haruslah mempersiapkan sumber daya manusia atau SDM yang trampil, cerdas, dan kompetitif. Nah, bagaimana strategi Indonesia dalam menghadapi persaingan ini, kalau pada persaingan tingkat lokal saja para pelajar SMK ini banyak berguguran, sementara Indonesia adalah pangsa pasar tenaga kerja terbesar di kawasan Asean yang akan menjadi ladang garapan para pekerja kelas menengah dan bawah. Apakah kita akan kembali jadi penonton di negeri sendiri dengan tingkat pengangguran yang akan semakin tinggi?

Inapen, sebuah lembaga pendidikan informal, pernah melakukan penelitian kenapa rendahnya penyerapan tenaga kerja lulusan SMK ini di tengah pasar tenaga kerja yang sebenarnya sangat berpotensi mereka isi, sesuai dengan ijazah dan keterampilan yang mereka dapatkan di sekolah asal mereka. Dalam penelitian tersebut pihak Inapen menemukan beberapa kelemahan atau kekurangan dari para tamatan SMK ini, sehingga mereka gagal dan kalah bersaing dengan teman-temannya yang tamatan SMA.

IMG_4460
IMG_4460
Hasil dari penelitian tersebut menghasilkan sebuah jawaban yang mungkin boleh dikatakan sederhana, namun berperan penting bagi para siapapun yang ingin memasuki dunia kerja, yaitu:

Karena merasa sudah menguasai ilmu yang mereka dapatkan di sekolah, para siswa lulusan SMK ini banyak yang merasa tidak perlu lagi mengupgrade dirinya dengan ilmu-imu lain yang tidak mereka dapatkan di sekolah. Misalnya dengan mengikuti kursus-kursus atau seminar yang tidak ada hubungannya dengan apa yang mereka dapatkan di sekolah namun penting bagi mereka disaat hendak melamar dan memasuki dunia kerja. Banyak diantara mereka yang lulusan SMK tersebut yang merasa bahwa mereka telah menguasai segalanya, padahal masih banyak yang belum mereka ketahui, bagaimana sebenarnya dunia kerja itu menantang mereka dengan situasi yang berbeda dengan ruang kelas atau ruang praktikum mereka. Walau pihak sekolah telah berusaha sedapat mungkin membuat suasana ruang kelas atau ruang praktik mereka mendekati suasana ruang kerja sesuai dengan jurusan yang diajarkan, namun dunia kerja yang dinamis dan berkembang setiap saat tentu tidak bisa dengan serta merta bisa mereka ikuti dan aplikasikan di sekolah.

IMG_4461
IMG_4461
Berbeda halnya dengan mereka yang lulusan SMA, karena merasa bahwa ilmu mereka masih kurang untuk dibawa bersaing ke dunia kerja, para siswa SMA ini rajin mengikuti kursus-kursus, les privat atau seminar-seminar tentang ketenagakerjaan atau dunia kerja. Kesadaran akan keharusan untuk melakukakan upgrade ilmu guna meningkatkan kualitas diri dan kompetensi dalam memasuki dunia kerja yang ada dihadapan mereka, membuat mereka mempunya wawasan yang lebih luas dan lebih siap bertarung memperebutkan lapangan kerja yang  tersedia, dan memudahkan mereka untuk diterima dilapangan pekerjaan yang mereka minati. Mereka inilah tenaga kerja yang siap menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada di arena Masyarakat Ekonomi Asean yang sebentar lagi akan datang dengan segenap tantangan dan peluangnya.

Magang, sebagai alternatif lain untuk meningkatkan kualitas diri.

Satu hal lagi yang dapat meningkatkan kualitas angkatan kerja Indonesia adalah dengan mengikuti program magang yang sering diadakan oleh perusahaan-perusahaan besar. Dengan mengikuti magang, para calon tenaga kerja ini akan banyak mendapatkan ilmu dan pengalaman yang sudah pasti sesuai dengan yang dibutuhkan di pasaran kerja, seperti:

- Merasakan kesempatan, berhubungan dengan lingkungan profesional.

- Magang memiliki peluang, merasakan bekerja di perusahaan nyata dan mecoba karir yang diminati

- Membuka network, merasakan suasana kerja sebelum bekerja.

- Membangun kepercayaan diri, serta mengidentifiasi ketrampilan, kemampuan dan bakat.

- Membiasakan diri, memanfaatkan perangkat kerja (software & hardware) dalam dunia kerja sesungguhnya.

- Membentuk karakter profesional dalam dunia kerja.

 

Masyarakat Ekonomi Asean yang diikuti oleh pasar bebasnya, dalam hitungan hari lagi akan mendatangi kita, siap tidak siap kita harus menghadapinya. Mereka yang siap akan berjaya dan yang tidak siap akan tergilas. Pilihan ada ditangan Anda!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun