Mohon tunggu...
Dianita Sahentendi
Dianita Sahentendi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ingin meningkatkan kemampuan menulis saya

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Dekolonialisasi Standar Kecantikan

20 Maret 2024   13:01 Diperbarui: 20 Maret 2024   13:19 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Di tahun 2023 Disney Studios merilis film versi life action dari animasi The Little Mermaid. Melihat film tersebut saya memiliki pandangan yang lain tentang film yang dibintangi oleh Halle Bailey sebagai pemeran dari karakter animasi Ariel si putri duyung. 

Menurut saya, ini merupakan sebuah bentuk dekolonialisasi terhadap konsep cantik yang dimiliki oleh seorang perempuan. Setiap orang tentu punya standar cantiknya masing-masingnya. Dan cantik menurut saya merupakan sebuah hal yang relatif. Misalnya, ketika saya menganggap diri saya cantik, belum tentu orang lain berpikiran demikian. Bisa saja saat orang lain melihat saya mereka menganggap saya biasa saja atau bahkan tidak cantik.

Kecantikan seorang perempuan biasanya cenderung dilihat dari warna kulit, jenis rambut, tinggi badan, ukuran tubuh, tinggi hidung, wajah yang mulus atau tidak, dsb. 

Di zaman sekarang standar cantik seorang perempuan biasanya dilihat saat perempuan itu berkulit putih, rambut lurus, tinggi, langsing, mancung, tidak berjerawat dsb. lalu bagaimana dengan perempuan-perempuan yang tidak sesuai dengan standar kecantikan tersebut? Seperti halnya perempuan-perempuan yang ada di Indonesia, yang cenderung memiliki kulit yang berwarna kuning langsat, sawo matang, dan coklat. 

Memang ada juga perempuan Indonesia yang memiliki kulit yang berwarna putih, namun kulit dari masyarakat Indonesia lebih banyak yang berwarna kuning langsat, sawo matang dan coklat. Karena adanya konstruksi sosial dalam masyarakat yang menganggap bahwa perempuan yang cantik itu memiliki kulit yang putih membuat kebanyakan perempuan Indonesia yang tidak berkulit putih berlomba-lomba untuk memakai produk dan perawatan tubuh yang bisa membuat kulit menjadi putih. 

Tak hanya melalui konstruksi sosial dalam masyarakat, bahkan media juga turut berperan dalam membangun serta mempertahankan konsep tentang perempuan yang cantik memiliki warna kulit putih melalui iklan-iklan yang ditayangkan. Misalnya tentang iklan sabun, body lotion, dan lulur untuk memutihkan tubuh. 

Produsen dan media sama-sama memanfaatkan minat serta keinginan masyarakat terlebih khusus perempuan yang ingin mencapai serta memiliki standar kecantikan tersebut, dengan membuat, mengeluarkan, mengiklankan serta menawarkan produk-produk yang katanya bisa memenuhi keinginan para perempuan tersebut untuk memiliki tubuh yang putih. 

Menurut saya pribadi, iklan-iklan seperti itu malah cenderung membuat perempuan yang tidak memiliki kulit yang putih menjadi sulit untuk menerima serta mencintai dirinya sendiri. Hal itu akan cenderung membuat mereka selalu tidak puas terhadap apa yang dimiliki dan mengejar konsep cantik yang ada dalam masyarakat. yang ada cenderung membuat perempuan tidak bisa memaksimalkan hal yang telah miliki, namun sebuah obsesi dalam merubah tubuh.


Teman-teman yang lahir tahun 90-an mungkin sudah tidak asing lagi dengan karakter animasi dari Disney yang satu ini, yaitu Ariel si putri duyung. Seingat saya, Ariel si putri duyung dalam The Little Mermaid memiliki kulit yang putih, rambut berwarna merah dan lurus, dan langsing. Jika menyebut kata putri duyung saya akan langsung berpikir bahwa putri duyung itu pasti cantik dan baik. 

Padahal saya belum pernah melihat putri duyung secara langsung dan hanya melalui televisi. Dari hal ini bisa dilihat bahwa hanya dengan menonton televisi bisa membuat saya memiliki pemahaman baru tentang apa dan bagaimana itu putri duyung. 

Sehingga melalui penayangan kartun, iklan dan film yang memiliki kisah atau jalan cerita tentang putri duyung bisa membangun cara berpikir saya tentang putri duyung tersebut. Hal ini sejalan dengan konstruksi sosial tentang konsep kecantikan yang ada dalam masyarakat yang masih sangat melekat dalam pikiran saya, karena hal itu sudah dibangun sejak saya masih kecil sampai saya dewasa entah melalui lingkungan sekitar atau media. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun