Mohon tunggu...
Dianita Sahentendi
Dianita Sahentendi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ingin meningkatkan kemampuan menulis saya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Stop Normalisasi

3 Maret 2024   13:44 Diperbarui: 11 Maret 2024   09:32 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Setop Normalisasi "Rape Culture". (Sumber: Thinkstockphotos via kompas.com)

Oleh karena itu support dari lingkungan sekitar terhadap korban kekerasan seksual sangat diperlukan, untuk mempercepat proses penyembuhan korban kekerasan seksual dari trauma yang dialami pasca kasus tersebut.

Hal-hal seperti ini sangat menyedihkan bagi saya pribadi, karena saya selalu berfikir bahwa tidak ada orang yang pantas dijadikan sebagai korban kekerasan seksual dengan alasan apapun. 

Setiap orang yang menjadi korban kekerasan seksual berhak mendapat perlindungan dari pihak berwajib dan sangat membutuhkan dukungan dan rangkulan dari orang-orang yang ada disekitarnya. 

Hal tersebutlah yang kemudian mendorong saya untuk menulis artikel tentang kekerasan seksual secara verbal yang terjadi terhadap orang yang menjadi maskot Bobba (yang kemudian akan penulis sebut sebagai Bobba) di akun Bobba si Maskot Capsen.

Berawal dari konten "tinju" di tiktok yang secara tidak sengaja mengekspos sedikit bagian tubuh dari Bobba pada saat sedang membacakan komentar, membuat Bobba mendapatkan banyak komentar yang melecehkan secara verbal. 

Seperti salah satu komentar yang dilontarkan oleh akun B*t Wh***A**, "mik e gemoy" dimana kalimat ini memberikan gambaran bahwa si pengguna akun yang memberikan komentar merasa gemas terhadap area dada dari Bobba. 

Melihat banyaknya komentar yang melecehkan, membuat konten "tinju" tersebut dihapus oleh Bobba. Penghapusan konten tersebut mendorong Bobba untuk membuat konten yang menjelaskan alasannya mengapa konten "tinju" tersebut dihapus.

Apa yang dirasakan oleh Bobba saat mengalami kekerasan seksual secara verbal. Tapi, ternyata mirisnya masih ada sebagian orang yang menyalahkan Bobba sebagai korban.

Fenomena penormalisasian terhadap rape culture dan victim blaming terhadap korban kekerasan seksual dapat dilihat melalui komentar yang dilontarkan oleh beberapa akun setelah Bobba berani untuk menyuarakan kekerasan seksual yang dialaminya. Berikut adalah beberapa komentar yang dilontarkan terhadap akun tersebut:

"Lah emng wanita itu objek mknnya dijaga bajunya (emot patung batu) aneh" ungkap pengguna akun Gasm***r

"Cuman perempuan yg dibungkus kain kafan baru laki-laki kagak mesum otaknya" ungkap pengguna akun yang namanya ditutupi Bobba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun