Feminisme Marxis dan SosialisÂ
Feminisme Marxis berpendapat bahwa kelasisme merupakan akar dari opresi perempuan.[11] Sedangkan Feminisme Sosialisme berpendapat bahwa opresi terhadap perempuan terjadi karena adanya keterkaitan rumit yang terjadi antara kapitalisme dan patriarki.[12] Feminisme Marxis dan Sosialis memiliki kesamaan pendapat, yaitu bahwa opresi yang terjadi terhadap perempuan bukanlah sebuah tindakan sengaja yang dilakukan oleh individu, melainkan produk dari struktur politik, sosial dan ekonomi tempat dimana individu tersebut berada.[13] Oleh karena itu Feminisme Marxis berpendapat bahwa baik perempuan atau pun laki-laki berhak mendapat gaji yang setara atas setiap pekerjaan yang dilakukan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat bahwa terbentuknya paham baru Feminisme tidak terlepas dari kondisi masyarakat saat peham tersebut terbentuk dan sejarah pemikiran manusia. Berbagai ketimpangan yang terjadi terhadap perempuan dari zaman ke zaman melahirkan paham-paham baru yang digunakan untuk mengatasi ketimpangan atau ketertindasan yang dialami oleh perempuan.
Catatan Kaki
[1] Gadis Arivia, Filsafat Berperspektif Feminis (Yayasan Jurnal Perempuan: Jakarta Selatan, 2018), 95.
[2] Ibid, 98.
[3] Ibid, 99.
[4] Rosemarie Putnam Tong, Feminis Thought: Pengantar Paling Komprehensif kepada Arus Utama Pemikiran Feminis. (Jalasutra: Yogyakarta: 2009), 15
[5] Ibid, 18.
[6] Ibid, 22.
[7] Ibid, 48.