Mohon tunggu...
Dianisa Rizkika
Dianisa Rizkika Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sedang belajar menulis

Anak teknik yang gemar minum kopi dan bercita - cita menjadi pegiat literasi

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Era Digitalisasi Tani Masa Kini, Tingkatkan Panen dengan Aplikasi Dokter Tanaman

21 Juli 2020   10:02 Diperbarui: 21 Juli 2020   10:04 1385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampilan Layar Aplikasi Dr.Tania (Sumber : Paktani Digital)

Populasi manusia secara global terus bertambah secara cepat. Menurut PBB, sekitar 9,3 miliar orang akan bermukim di bumi tahun 2050. Ini berarti permintaan pangan juga akan meningkat drastis sementara jumlah sumber daya lahan  sumber daya manusia  yang bekerja di sektor pertanian menyusut [1].

Grafik Perbandingan Jumlah Petani dan Luas Lahan Pertanian Indonesia (Sumber : Koran Indonesia)
Grafik Perbandingan Jumlah Petani dan Luas Lahan Pertanian Indonesia (Sumber : Koran Indonesia)
Fakta menarik ditemukan dari gambar grafik (Gambar 1) di atas. Terlihat bahwa perbandingan selama 4 tahun terakhir (tahun 2015-2018) terjadi penurunan baik jumlah petani maupun luas lahan pertanian di Indonesia. 

Di tahun 2018 saja, lahan yang pertanian di Indonesia mencapai 35,7 juta hektar dengan yang dikelola oleh 7,1 juta petani. Dari BPS pun mencatat pada Agustus 2019, penduduk yang bekerja pada pertanian, kehutanan, perikanan sebanyak 34,58 juta orang, turun 1,12 juta atau 1,46% dibandingkan Agustus 2018 [2].

Masalah keterbatasan lahan, sumber daya manusia dan regenerasi petani yang semakin berkurang menjadi isu peristiwa global termasuk di Indonesia, dimana sektor pertanian tidak lagi menarik minat generasi muda sehingga banyaknya petani berusia lanjut. Nyatanya  'gengsi' apabila terjun ke dunia pertanian karena dianggap kurang menjanjikan dan penghasilan yang tidak sebesar apabila bekerja di perusahaan.

Digitalisasi Pertanian VS Masalah Pertanian Indonesia

Walaupun diterpa isu sulitnya regenerasi petani, Indonesia  sebagai negara agraris memiliki sumber daya alam yang luar biasa melimpah memiliki potensi besar mewujudkan cita-cita pemerintah menjadi lumbung pangan dunia 2045. 

Salah satu optimisme itu terlihat pada keberhasilan pemerintah menerapkan teknologi pertanian  seperti water management, mekanisasi alat pertanian, hingga terciptanya banyak aplikasi pertanian yang memudahkan kerja petani. Selain dapat menekan biaya produksi petani sekaligus meningkatkan produktivitas, digitalisasi menjadi upaya jitu untuk menarik minat pemuda Indonesia untuk bertani.

Perkembangan teknologi sejalan dengan Revolusi Pertanian 4.0 diluncurkan oleh Kementerian Pertanian Indonesia dalam rangka meningkatkan produksi pertanian. Revolusi tersebut mengajak petani untuk go digital dalam setiap kegiatan praktek pertanian modern yang dilakukan. Dari upaya ini pemerintah mengharapkan keikutsertaan generasi milenial untuk ambil andil dalam perkembangan teknologi pertanian sehingga mampu menjawab masalah regenerasi pertanian menuju pertanian masa kini yang melek teknologi.

Dr.Tania, Solusi Penyakit Tanaman

Salah satu kendala terbesar yang dihadapi sektor pertanian adalah penanggulangan penyakit tumbuhan yang menyerang hampir di semua komoditas tanaman. Hama dan penyakit tanaman membuat pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak optimal dan ada pula yang menyebabkan pertumbuhan tidak normal. Ada berbagai macam hama dan penyakit tanaman yang menjadi momok bagi para petani [4].

Di tingkat dunia, kerugian akibat penyakit tumbuhan ini mencapai 30 persen [5]. Karena lahan pertanian yang terbatas, food security ini menjadi isu yang cukup penting sekarang ini karena akan menyebabkan kerugian produksi yang jumlahnya sangat besar. 

Penyebab para petani kesulitan untuk menghadapi masalah ini antara lain karena petani tidak tahu cara menangani penyakit tanaman dengan tepat karena keterbatasan pengetahuan, kemiripan gejala, dan tidak mengetahui produk apa yang tepat untuk menanganinya [6].

Maraknya gerakan go digital pertanian dibuktikan dengan bermunculannya banyak aplikasi mobile dengan beragam manfaat, salah satunya dalah aplikasi yang dikenal sebagai aplikasi 'dokter tanaman', Dr.Tania. Dikatakan demikian karena aplikasi Dr.Tania dapat mengidentifikasi jenis penyakit yang menyerang tanaman dan cara mengatasinya. 

Dr. Tania adalah produk dari PT. Neura Cipta Nusantara (Neurafarm) yang didirikan tahun 2017 di bawah Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewiarusahaan (LPIK) ITB. Perusahaan tersebut bergerak di bidang pertanian presisi yang digagas oleh Naufalino Fadel Hutomo, Febi Agil Ifdillah, Pebriani Artha, dan Lintang Kusuma Pratiwi [7].

Tampilan Layar Aplikasi Dr.Tania (Sumber : Paktani Digital)
Tampilan Layar Aplikasi Dr.Tania (Sumber : Paktani Digital)
Aplikasi Dr.Tania tersebut merupakan aplikasi mobile berbasis chatbot yang mampu mengidentifikasi penyakit tanaman dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) yang akan menganalisa polanya. Jadi, seakan-akan kita berkomunikasi dengan seseorang tapi nyatanya kita sedang berkomunikasi dengan sistem pakar (mesin berbasis data) yang memiliki pengetahuan seputar penyakit tanaman dan cara mengatasinya [6]. 

Aplikasi ini tentu saja sangat bermanfaat bagi petani milenial yang minim pengalaman dalam mengatasi penyakit tanaman tertentu dan tersedia dalam bahasa Indonesia. Cara penggunaannya juga sangat mudah, pertama unduh terlebih dahulu  aplikasi Dr.Tania di Google Play Store. Setelah diunduh, lalu buka aplikasinya. 

Jika ingin mengetahui penyakit suatu tanaman, ambil gambar daun atau batang dari tanaman yang terserang penyakit lalu upload ke aplikasi Dr.Tania. Dalam waktu cepat, aplikasi Dr.Tania, akan memberikan diagnosis lengkap termasuk gejala, cara penanganan, dan juga akses ke produk-produk obat yang dapat digunakan untuk menangani penyakit terkait [6].

Aplikasi ini tak hanya ditujukan bagi petani. Tapi juga bisa digunakan oleh penghobi tanaman. Aplikasi tersebut masih terus melakukan pengembangan karena saat ini aplikasi tersebut hanya dapat mengidentifikasi 35 penyakit tanaman yang berasal dari 14 komoditas utama yang diproduksi oleh petani Indonesia [6].

Rencana kedepannya, aplikasi Dr.Tania tak hanya digunakan untuk mendeteksi penyakit tanaman, tetapi juga akan dibuat untuk manajemen penyakit pada tanaman hingga mengecek kondisi lingkungan pertanian seperti kondisi tanah, kelembaban dan keasaman tanah dengan IoT (internet of things, menggunakan sensor dan dihubungkan dengan internet). Dan sedang dirancang untuk menambahkan panel surya pada perangkat IoT mereka tersebut. Sehingga perangkat ini bisa mengisi daya dengan sendirinya [8].

Dalam rangka mewujudkan cita-cita Indonesia menjadi Lumbung Pangan Dunia 2045, segenap program dan kerjasama dikerahkan pemerintah untuk mengenalkan pertanian digital. Sambil menyelam minum air, itulah gambaran dari digitalisasi pertanian yang  juga menargetkan peningkatan regenerasi petani dan menggaet peran aktif petani milenial dalam dunia pertanian masa kini. Selain itu, digitalisasi pertanian diharapkan dapat mendukung pencapaian target swasembada pangan dengan panen yang terus meningkat yang berujung pada peningkatan kesejahteraan petani.

Penerapan aplikasi mobile Dr.Tania yang dapat memudahkan identifikasi masalah hama dan penyakit tanaman hanya dengan smartphone merupakan salah satu bentuk digitalisasi pertanian. Dengan fitur yang sangat user-friendly, diharapkan manfaat ke depannya akan dirasakan petani hingga mengurangi kerugian produksi akibat hama dan penyakit tanaman sehingga produktivitas petani Indonesia meningkat.

 

DAFTAR PUSTAKA

[1]Hille,P.2013. Siapa Penyedia Pangan Dunia Tahun 2050? [Online] https://p.dw.com/p/18Lmk. Diakses pada tanggal 20 Juli 2020.

[2]Sembiring, L.J. 2019. Pekerja Pertanian-Kehutanan-Perikanan Anjlok 1,12 Juta Orang Pekerja Pertanian-Kehutanan-Perikanan Anjlok 1,12 Juta Orang [Online] https://www.cnbcindonesia.com/news/20191105123159-4-112745/pekerja-pertanian-kehutanan-perikanan-anjlok-112-juta-orang. Diakses pada tanggal 20 Juli 2020.

[3]Koran Jakarta. 2019. Petani Mesti Mampu Peroleh Keuntungan Petani Mesti Mampu Peroleh Keuntungan.  http://www.koran-jakarta.com/petani-mesti-mampu-peroleh-keuntungan/. Diakses pada tanggal 20 Juli 2020.

 [4] Corteva.2020. Hama dan Penyakit Tanaman serta Cara Mengatasinya yang Perlu Diketahui. [Online]  https://www.corteva.id/berita/Hama-dan-Penyakit-Tanaman-serta-Cara-Mengatasinya-yang-Perlu-Diketahui.html. Diakses pada tanggal 20 Juli 2020.

[5]UGM. 2007. Penyakit Tumbuhan Timbulkan Kerugian 30 Persen.  [Online] https://ugm.ac.id/id/berita/1611-penyakit-tumbuhan-timbulkan-kerugian-30-persen. Diakses pada tanggal 20 Juli 2020.

[6]Paktanidigital. 2020. [Online] https://paktanidigital.com/artikel/kenali-penyakit-tanaman-dr-tania/#.XxY4bigzbIU. Diakses pada tanggal 20 Juli 2020.

[7]STEI ITB. Dr. Tania, Pengidentifikasi Penyakit Tanaman. https://stei.itb.ac.id/id/blog/2019/10/14/dr-tania-pengidentifikasi-penyakit-tanaman/ Diakses pada tanggal 20 Juli 2020.

[8]Shantika,E.2018.Aplikasi Dokter Tania,Tawarkan 'Dokter Pribadi' untuk Tanaman. [Online]https://www.cnnindonesia.com/teknologi/2018 0405071902-185-288384/aplikasi-dokter-taniatawarkan-dokter-pribadi-untuk-tanaman. Diakses pada tanggal 20 Juli 2020

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun