Siang yang terang benderang dan super hangat di Tanjung Priok Jakarta Utara tidak menyurutkan langkah saya untuk tetap nge-bolang ke Garut, karena sudah direncakan jauh hari sebulan sebelumnya. Sungguh tergiur ingin menatap langsung pemandangan pantai yang tampak indah seperti dalam foto seorang teman di Facebook. Dia bilang, aslinya pantainya lebih indah. Makanya saya pengen banget main ke sana. Akhirnya, teman tersebut mengatur open trip ke pantai yang katanya indah itu, dia pun merelakan dirinya untuk menjadi host merangkap guide dalam trip kali ini.
Melalui grup temporer di Whatsap, kami tentukan waktu keberangkatan pada hari Minggu (30/7/2017) pukul 4 subuh, dengan meeting poin di rumah sang ketua rombongan yang berlokasi di Jalan Raya Genteng, Cilawu Garut. Destinasi utama adalah pantai Puncak Guha, sedangkan tujuan kedua adalah Pantai Cicalobak. Dengan catatan, kami tidak terlalu lama menghabiskan waktu di Puncak Guha. Posisi kedua pantai ini masih sejalur, sama-sama di pesisir selatan Garut. Di sepanjang jalurnya banyak pantai lain yang sudah lebih dulu terkenal dan ramai dikunjungi sebagai tempat wisata.
Sebelumnya kami merencanakan keberangkatan lebih awal sekitar jam 2 atau 3 pagi, supaya bisa mengejar sunrise di Puncak Guha.  Meski belum tahu di mana spot yang bagus buat menyaksikan terbitnya sang surya di area tersebut, menurut yang pernah ke sana kondisi geografisnya relatif masih asli dan agak berbahaya karena berada di atas tebing curam. Kalau tidak hati-hati bisa jatuh terperosok ke bawah jurang yang langsung menjorok ke tepian laut. Dijamin, apapun yang jatuh akan langsung tertelan oleh ombak yang dahsyat, yang selalu deras dan bergulung cukup tinggi.
Awal perjalanan kami tempuh dengan tenang dan damai, diiringi alunan musik dari lagu-lagu pop Indonesia maupun barat yang cukup familiar, berasa sedang dalam ruangan karaoke.
Namun, kedamaian ini tidak bertahan lama, ketika sudah memasuki jalur utama sepanjang pesisir selatan Garut kondisi jalannya kurang mulus dan terdapat banyak tikungan pendek yang membuat kendaraan jadi lebih cepat berkelok-kelok, entah berapa ratus belokan? Rasanya seperti sedang menaiki wahana Tornado di Dufan, Halilintar dan Kicir-kicir sekaligus, mantap. Kondisi perjalanan yang berkelok-kelok membuat empat belas orang peserta trip dalam mobil travel elf  merasakan pusing dan mual luar biasa, bahkan ada yang tumbang memuntahkan isi perutnya.
Sekitar pukul setengah sepuluh pagi rombongan tiba di sebuah tebing yang hampir dipenuhi hamparan rumput hijau, namanya Puncak Guha. Dinamakan Puncak Guha karena memang di lokasi ini terdapat sebuah goa vertikal yang tampak misterius, masih dihuni oleh kelelawar, dihiasi lumut dan tumbuhan rambat di sekeliling dindingnya. Terlihat pula dasar goa yang dipenuhi bebatuan dan terdapat celah yang memungkinkan ombak dari laut menyelinap ke dalam goa.
Meskipun unik, tapi saya tidak betah berlama-lama menatap ke dalam goa, tidak bisa ambil foto yang bagus dan menangkap semua pemandangan di dalam maupun dasar goa, nyali saya tertekan dengan rasa ngeri terpeleset. Selain itu, hawa di tempat ini juga beda, agak panas dan tidak berangin seperti bagian tebing yang lainnya.
Acara benar-benar bebas sesuka hati, peserta dipersilahkan menikmati pemandangan eksotik Puncak Guha dengan caranya masing-masing. Ada yang selfie, wefie atau hanya menikmati pemandangan yang eksotis atau menyantap late breakfast-nya, juga ada yang memenuhi panggilan alam di toilet.
Dulu saat dia berbaring di hamparan rumput, matanya bisa menangkap semua pemandangan sekitar tebing dan pantai, jadi lebih terasa keeksotisannya. Makanya dia langsung kecewa dan kurang bersemangat untuk melihat-lihat lagi. Tapi bagi kami, para peserta yang kebanyakan orang kota, menyaksikan alam di Puncak Guha ini masih menimbulkan rasa amazing tersendiri, seperti sedang berada dalam dunia fantasi yang menakjubkan sekaligus mengerikan.
Di sini kami puas main air karena terjangan ombaknya cukup deras dan sangat menepi, ngeri-ngeri seru rasanya. Tidak hanya tiga orang peserta balita yang riang gembira main pasir dan air, peserta yang sudah dewasa tante-tante dan emak-emak pun riangnya sama. Kami bisa puas foto-foto segala gaya karena tidak perlu berebut background dengan pengunjung lain, sebab di lokasi ini pengunjungnya belum terlalu ramai.