Kalau kawan ada yang ingin menjadi relawan, sebelumnya tanya hati nurani sendiri apakah mau jadi “Relawan Wangi” yang namanya harum di medsos karena banyak update status dan posting foto lokasi bencana?, atau jadi “Relawan Sejati” yang rela mengorbankan waktu, pikiran dan tenaganya untuk terjun langsung bergotong royong membantu warga sampai tuntas meskipun status tanggap darurat bencana di kota Garut sudah dicabut. Karena sesungguhnya bantuan terpenting itu adalah perawatan pasca bencana, bukan hanya pemulihan di lokasi pemukiman, tapi juga perbaikan alamnya yang sudah banyak alih fungsi, salah satunya fungsi hutan lindung sebagai daerah resapan air yang kini banyak menjadi perkebunan sayur.
Mudahan pemda setempat bisa mendukung aktivitas para relawan, tidak mempersulit birokrasi saat mereka membutuhkan sarana penunjang pekerjaan, jangan sampai bantuan terlambat datang karena birokrasinya serumit membagi harta gono gini di sidang perceraian selebritis. Semoga niat baik para donatur dan kerja ikhlas para relawan yang terlibat dalam pemulihan lokasi terdampak bencana alam banjir bandang beserta para pihak yang peduli dengan pelestarian lingkungan di Garut Jawa Barat, mendapatkan balasan kebaikan berlipat ganda dari yang Maha Kuasa.
“Barang siapa mempunyai sumbangan pada kemanusian dia tetap terhormat sepanjang jaman, bukan kehormatan sementara. Mungkin orang itu tidak mendapatkan sesuatu sukses dalam hidupnya, mungkin dia tidak mempunyai sahabat, mungkin tak mempunyai kekuasaan barang secuwil pun. Namun umat manusia akan menghormati karena jasa-jasanya.” Pramoedya Ananta Toer, Nyanyi Sunyi Seorang Bisu 2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H