Mohon tunggu...
Dian Handayani
Dian Handayani Mohon Tunggu... Guru - SDN Duren Sawit 05

Guru Penggerak Angkatan 05.27 DKI Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nilai dan Peran Guru Penggerak - Mulai dari Diri

5 Juni 2022   10:03 Diperbarui: 5 Juni 2022   10:15 8206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MODUL 1.2. A. NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK

1.2.a.3  MULAI DARI DIRI

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bismillahirrohmanirrohim ... Perkenalkan saya, Dian Handayani salah satu calon guru penggerak angkatan 05.27 dari DKI Jakarta. Pada postingan kali ini saya menuliskan tugas modul 1.2.a.3  Mulai dari diri -- Nilai dan Peran Guru Penggerak.

Kegiatan pembelajaran dimulai membuat diagram trapesium usia, lalu menuliskan refleksi dan nilai peran saya sebagai guru penggerak.

      

1. Refleksi

1.1. Peristiwa positif dan negatif, orang-orang yang terlibat dalam masing-masing peristiwa tersebut.

Peristiwa negatif yang pernah saya alami saat usia sekolah, yaitu saat kelas 2 SMA, saya mendapat teguran keras, sindiran tajam dan memalukan oleh guru fisika di depan teman-teman sekelas saya. Guru fisika saya, terkenal galak dan suka marah jika saat dia mengajar ada siswa yang tidak memperhatikan sungguh-sungguh materi yang ia sampaikan.    Saat itu, sedang pembelajaran Fisika berlangsung seperti biasa saya dan teman-teman merasa tegang dan takut saat ditunjuk tidak bisa menjawab pertanyaannya. Suasana kelas yang sangat hening, hanya terdengar suara bu guru menerangkan materi fisika, tiba-tiba saya mendengar suara buang angin aneh yang cukup panjang(tuu..liliittt...) dari teman sebangku saya, karena ia berusaha untuk menahan buang angin tersebut. Seketika itu, spontan saya berupaya menahan rasa tawa, sekaligus takut kepergok bu guru. Kekhawatiran saya menjadi kenyataan, benar saja saya kena marah secara psikis, mental saya dijatuhkan di depan teman-teman.

Bu guru:  Kenapa kamu senyum-senyum seperti menertawakan saya mengajar, kamu

                merasa sudah pintar? Jadi kamu merasa pantas menertawakan ibu. Apa artinya

                pintar, jika tidak berahlak. Tidak sopan dan menghargai guru.

Saat itu, bu guru mengungkapkan marah pada saya di depan teman-teman tanpa memberi kesempatan saya untuk menjelaskan kondisi sebenarnya. Lalu ia keluar kelas sambil kesal, tidak mau melanjutkan pembelajaran di kelas dan teman sekelas memandang tanya pada saya. Kenapa kamu nekat bersikap demikian, ujar beberapa teman di kelas?

Saya merasa sangat malu, sedih, takut dan khawatir tidak naik kelas karena nilai sikap saya yang buruk pada guru. Sampai di rumah, saya menangis sambil curhat ke mama, lalu mama memberi saran ke saya untuk datang ke rumah guru tersebut, meminta maaf dan menjelaskan kondisi sebenarnya. Alhamdulillah, setelah mendengar penjelasan saya, bu guru tersenyum dan tertawa kecil, oh...begitu ceritanya lalu bu guru minta maaf pada saya atas sikapnya saat itu, dan semenjak itu saya menjadi siswa kesayangannya, ia selalu bilang Dian anak saya, bahkan ia suka bercerita ke guru-guru yang lain tentang peristiwa lucu yang menegangkan tersebut.

Kurang lebih setahun kemudian, menjelang kelulusan SMA nama saya disebutkan sebagai salah satu dari 6 siswa yang lulus PMDK (PTN tanpa tes/ jalur prestasi) di salah satu PTN terbaik di Indonesia yaitu IPB. Rasanya seperti mimpi, saya bisa lulus PMDK IPB. Hal ini menjadi pengalaman positif yang berharga, pernah saya alami. Saya merasa senang, bangga dan sangat bersyukur bisa bergabung dalam komunitas anak-anak cerdas Indonesia. Peristiwa ini memotivasi saya untuk terus belajar, bersyukur dan sabar dalam menuntut ilmu.

1.2. Dampak emosi atas peristiwa positif dan negatif yang saya alami di masa sekolah masih mempengaruhi diri saya sampai sekarang.

Peristiwa positif dan negatif yang saya alami di masa sekolah menengah atas (SMA)  masih dapat saya rasakan dan memengaruhi diri saya di masa sekarang. Sejak menjadi guru pada usia 25 tahun sampai sekarang ini usia 45 tahun. Kurang lebih 30 tahun yang lalu peristiwa negatif yang pernah saya alami, membuat saya tempatkan diri sebagai guru, orangtua dan teman di sekolah untuk siswa. Saya membuka komunikasi bersama siswa, Saya merasa bahwa kami disini bersama siswa, orangtua siswa, guru-guru, tendik dan lingkungan masyarakat adalah tim pembelajar yang ada dalam suatu ekosistem. Guru bukan satu-satunya sumber informasi, guru adalah manusia biasa yang bisa salah. Tolong ingatkan bu guru jika ada yang salah/ kurang tepat dalam mendampingi kalian (siswa) belajar. Saya tuntun siswa, bagaimana cara mengkritisi yang benar yaitu mulai dari kata maaf bu/pak, menurut buku "..." hal."..." yang pernah saya baca, tertulis bahwa "...", mengapa berbeda dengan materi yang disampaikan ibu/ bapak guru. Tolong penjelasannya bu/pak. Terimakasih.

Lalu saya memberikan penjelasan yang argumentatif  pada siswa saat bersama dengan teman-temannya, jika saya salah dalam penyampaian maka saya meminta maaf pada siswa tersebut dan berterimakasih sudah diingatkan. Saya juga memberi apresiasi berupa pujian, senyuman dan gerakan yang menunjukkan rasa bangga pada siswa tersebut,  sudah menjadi siswa yang berani mengungkapkan pendapat dengan alasan yang referentif. Hal ini membuat anak didik saya tidak takut mengungkapkan pendapatnya.  Saya juga suka bercerita tentang pengalaman hidup saya dan orang-orang sekitar kepada siswa sebagai bentuk belajar bermakna dari pengalaman. Pengalaman negatif yang pernah saya rasakan saat SMA, saya tidak ingin mereka (anak didik) merasakan hal sama yang pernah saya alami.

Sikap tegas guru Fisika saya saat SMA mempengaruhi perilaku keseharian saya sebagai guru. Saat waktu belajar saya tegas ke siswa gunakan waktu sebaik mungkin, jika ada kendala belajar, saya meminta siswa untuk konfirmasi ke bu guru. Jika kalian malu, boleh japri ke bu guru kapan saja. Pada waktu istirahat, saya senang berada diantara mereka, makan bersama di kelas, saling berbagi cerita hal-hal yang dialami bersama teman di sekolah, di rumah dan keluarganya. Sikap tegas tersebut juga membuat saya harus tegas menuntaskan semua materi yang sudah ditentukan oleh kurikulum/silabus. Keterbatasan saya dalam mengatur waktu belajar untuk semua siswa, saya mentukan target waktu tuntaskan materi ajar yang sama untuk semua siswa, tanpa memperdulikan keunikkan bawaan siswa. Saya menyamaratakan perlakuan ke semua siswa demi tuntaskan materi dan hasil evaluasi di atas nilai KKM (kriteria ketuntasan minimal) kelas/ sekolah. Dalam menjalani peran sebagai guru saya lebih memfokuskan pengetahuan kognitif.  Saya cenderung menuntut siswa berprestasi di bidang akademis. Bentuk tuntunan yang saya berikan didominanasi oleh nilai-nilai perilaku kebiasaan belajar berupa latihan dan pengulangan materi soal-soal, karena hal tersebut menjadi landasan siswa dalam berkompetisi akademis saat memasuki jenjang pendidikan lanjutan melalui jalur prestasi.

1.3. Pelajaran hidup yang saya peroleh dari kegiatan trapesium usia dan roda emosi.  

Saya sebagai guru harus lebih banyak mendengar, peduli dan empati dalam melayani siswa, sesuai dengan kebutuhannya. Belajar dari pengalaman hidup terdahulu, ambil hikmah dari setiap peristiwa sebagai pembelajaran yang bermakna.  Pengalaman adalah guru terbaik. Pengalaman membentuk kedewasaan emosi seseorang dalam menata hidupnya. Guru yang konsisten belajar, menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan hidup dalam kultur sosial budaya   akan banyak memberikan pembelajaran bermakna untuk siswa tentang pembaharuan ilmu dan informasi, daya juang, rasa syukur yang diwujudkan dalam totalitas perilaku baik hati, pikiran, dan raga untuk optimalisasi potensi dan kemampuan anak didik (siswa) sesuai kodrat alam dan zamannya. Guru menjadi teladan dalam tim ekosistem belajar, sebagai agen perubahan pendidikan yang membuat seseorang nyaman belajar sepanjang hayat dalam kerangka merdeka belajar.

1.4.Nilai-nilai yang saya yakini sebagai seorang Guru, dalam 1 atau 2 kalimat menggunakan kata-kata: "guru", "murid", "belajar", "makna", "peran"

Guru, murid, orangtua dan lingkungan belajar murid adalah ekosistem dalam satu tim pembelajar yang memiliki peran masing-masing dan saling mempengaruhi akselerasi tercapainya tujuan bersama, yaitu mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Guru berperan sebagai teladan dan  agen perubahan pendidikan dalam ekosistem belajar, yang membuat seseorang nyaman belajar bermakna sepanjang hayat dalam kerangka merdeka belajar.

2.  Nilai dan Peran Guru Penggerak

 2.1. Nilai-nilai dalam diri saya yang membantu saya menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah.

     Nilai diri saya yang menjadi potensi dalam mengemban tugas sebagai guru penggerak antara lain; memilki sifat terbuka pada               pembaharuan, senang bekerja dalam tim, fleksibel dalam kerja tim berdasarkan asas kekeluargaan, membudayakan perilaku percaya (trust) pada kemampuan anggota tim, dan bersyukur atas kondisi yang diterima sebagai wujud perjuangan diri.

 2.2. Peran yang saya mainkan dalam menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah

Sebagai guru penggerak dan agen tranformasi Pendidikan Indonesia, maka saya terus memaksimalkan diri menjadi teladan. Keteladanan guru (digugu dan ditiru) terlihat dari kehidupan keseharian  guru; perilaku sosial guru bersama teman sejawat, masyarakat dan orangtua siswa, keberhasilan-keberhasilan positif (prestasi) yang di dapat oleh guru dan keluarganya bisa menjadi motivasi dan menambah rasa percaya murid, rekan guru, dan komunitas sekolah. Konsisten membangun rasa percaya (trust) dalam menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah yang dilandasi oleh prinsip pemikiran pendidikan KHD, yakni:

ing ngarso sung tulodo: Di depan: Saya sebagai guru dan anggota masyarakat, memberikan contoh teladan sikap dan perilaku sebagai mahluk individu dan sosial.

ing madya mangun karsa: Di tengah: Saya sebagai guru dan anggota masyarakat, mampu membangun kepercayaan (trust) dalam kolaborasi tim (di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat) sehingga semua anggota tim merasa nyaman, sadar saling berbagi eksplorasi potensi dan kemampuan diri, mengarahkan(meyusun langkah-langkah yang harus dilakukan untuk tujuan bersama tim), membersamai, bersatu padu mencapai goal (tujuan bersama hasil kesepakatan dalam tim).

tut wuri handayani: Di belakang Saya sebagai guru dan anggota masyarakat, membangun motivasi, kontroling bersama dalam tim pembelajar untuk tetap berada pada jalan/track yang telah disepakati bersama sesuai perannya dalam tim  guna mencapai  tujuan bersama tim dan cita-cita yang diharapkan.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam sehat dan bahagia

Guru bergerak,  Indonesia maju

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun