Mohon tunggu...
Dian Handayani
Dian Handayani Mohon Tunggu... Guru - SDN Duren Sawit 05

Guru Penggerak Angkatan 05.27 DKI Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nilai dan Peran Guru Penggerak - Mulai dari Diri

5 Juni 2022   10:03 Diperbarui: 5 Juni 2022   10:15 8206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                merasa sudah pintar? Jadi kamu merasa pantas menertawakan ibu. Apa artinya

                pintar, jika tidak berahlak. Tidak sopan dan menghargai guru.

Saat itu, bu guru mengungkapkan marah pada saya di depan teman-teman tanpa memberi kesempatan saya untuk menjelaskan kondisi sebenarnya. Lalu ia keluar kelas sambil kesal, tidak mau melanjutkan pembelajaran di kelas dan teman sekelas memandang tanya pada saya. Kenapa kamu nekat bersikap demikian, ujar beberapa teman di kelas?

Saya merasa sangat malu, sedih, takut dan khawatir tidak naik kelas karena nilai sikap saya yang buruk pada guru. Sampai di rumah, saya menangis sambil curhat ke mama, lalu mama memberi saran ke saya untuk datang ke rumah guru tersebut, meminta maaf dan menjelaskan kondisi sebenarnya. Alhamdulillah, setelah mendengar penjelasan saya, bu guru tersenyum dan tertawa kecil, oh...begitu ceritanya lalu bu guru minta maaf pada saya atas sikapnya saat itu, dan semenjak itu saya menjadi siswa kesayangannya, ia selalu bilang Dian anak saya, bahkan ia suka bercerita ke guru-guru yang lain tentang peristiwa lucu yang menegangkan tersebut.

Kurang lebih setahun kemudian, menjelang kelulusan SMA nama saya disebutkan sebagai salah satu dari 6 siswa yang lulus PMDK (PTN tanpa tes/ jalur prestasi) di salah satu PTN terbaik di Indonesia yaitu IPB. Rasanya seperti mimpi, saya bisa lulus PMDK IPB. Hal ini menjadi pengalaman positif yang berharga, pernah saya alami. Saya merasa senang, bangga dan sangat bersyukur bisa bergabung dalam komunitas anak-anak cerdas Indonesia. Peristiwa ini memotivasi saya untuk terus belajar, bersyukur dan sabar dalam menuntut ilmu.

1.2. Dampak emosi atas peristiwa positif dan negatif yang saya alami di masa sekolah masih mempengaruhi diri saya sampai sekarang.

Peristiwa positif dan negatif yang saya alami di masa sekolah menengah atas (SMA)  masih dapat saya rasakan dan memengaruhi diri saya di masa sekarang. Sejak menjadi guru pada usia 25 tahun sampai sekarang ini usia 45 tahun. Kurang lebih 30 tahun yang lalu peristiwa negatif yang pernah saya alami, membuat saya tempatkan diri sebagai guru, orangtua dan teman di sekolah untuk siswa. Saya membuka komunikasi bersama siswa, Saya merasa bahwa kami disini bersama siswa, orangtua siswa, guru-guru, tendik dan lingkungan masyarakat adalah tim pembelajar yang ada dalam suatu ekosistem. Guru bukan satu-satunya sumber informasi, guru adalah manusia biasa yang bisa salah. Tolong ingatkan bu guru jika ada yang salah/ kurang tepat dalam mendampingi kalian (siswa) belajar. Saya tuntun siswa, bagaimana cara mengkritisi yang benar yaitu mulai dari kata maaf bu/pak, menurut buku "..." hal."..." yang pernah saya baca, tertulis bahwa "...", mengapa berbeda dengan materi yang disampaikan ibu/ bapak guru. Tolong penjelasannya bu/pak. Terimakasih.

Lalu saya memberikan penjelasan yang argumentatif  pada siswa saat bersama dengan teman-temannya, jika saya salah dalam penyampaian maka saya meminta maaf pada siswa tersebut dan berterimakasih sudah diingatkan. Saya juga memberi apresiasi berupa pujian, senyuman dan gerakan yang menunjukkan rasa bangga pada siswa tersebut,  sudah menjadi siswa yang berani mengungkapkan pendapat dengan alasan yang referentif. Hal ini membuat anak didik saya tidak takut mengungkapkan pendapatnya.  Saya juga suka bercerita tentang pengalaman hidup saya dan orang-orang sekitar kepada siswa sebagai bentuk belajar bermakna dari pengalaman. Pengalaman negatif yang pernah saya rasakan saat SMA, saya tidak ingin mereka (anak didik) merasakan hal sama yang pernah saya alami.

Sikap tegas guru Fisika saya saat SMA mempengaruhi perilaku keseharian saya sebagai guru. Saat waktu belajar saya tegas ke siswa gunakan waktu sebaik mungkin, jika ada kendala belajar, saya meminta siswa untuk konfirmasi ke bu guru. Jika kalian malu, boleh japri ke bu guru kapan saja. Pada waktu istirahat, saya senang berada diantara mereka, makan bersama di kelas, saling berbagi cerita hal-hal yang dialami bersama teman di sekolah, di rumah dan keluarganya. Sikap tegas tersebut juga membuat saya harus tegas menuntaskan semua materi yang sudah ditentukan oleh kurikulum/silabus. Keterbatasan saya dalam mengatur waktu belajar untuk semua siswa, saya mentukan target waktu tuntaskan materi ajar yang sama untuk semua siswa, tanpa memperdulikan keunikkan bawaan siswa. Saya menyamaratakan perlakuan ke semua siswa demi tuntaskan materi dan hasil evaluasi di atas nilai KKM (kriteria ketuntasan minimal) kelas/ sekolah. Dalam menjalani peran sebagai guru saya lebih memfokuskan pengetahuan kognitif.  Saya cenderung menuntut siswa berprestasi di bidang akademis. Bentuk tuntunan yang saya berikan didominanasi oleh nilai-nilai perilaku kebiasaan belajar berupa latihan dan pengulangan materi soal-soal, karena hal tersebut menjadi landasan siswa dalam berkompetisi akademis saat memasuki jenjang pendidikan lanjutan melalui jalur prestasi.

1.3. Pelajaran hidup yang saya peroleh dari kegiatan trapesium usia dan roda emosi.  

Saya sebagai guru harus lebih banyak mendengar, peduli dan empati dalam melayani siswa, sesuai dengan kebutuhannya. Belajar dari pengalaman hidup terdahulu, ambil hikmah dari setiap peristiwa sebagai pembelajaran yang bermakna.  Pengalaman adalah guru terbaik. Pengalaman membentuk kedewasaan emosi seseorang dalam menata hidupnya. Guru yang konsisten belajar, menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan hidup dalam kultur sosial budaya   akan banyak memberikan pembelajaran bermakna untuk siswa tentang pembaharuan ilmu dan informasi, daya juang, rasa syukur yang diwujudkan dalam totalitas perilaku baik hati, pikiran, dan raga untuk optimalisasi potensi dan kemampuan anak didik (siswa) sesuai kodrat alam dan zamannya. Guru menjadi teladan dalam tim ekosistem belajar, sebagai agen perubahan pendidikan yang membuat seseorang nyaman belajar sepanjang hayat dalam kerangka merdeka belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun