Kelompok 10 :
1. Dian Fathiyah
2. Ricky Kusjaya
3. m. Abdul Aziz
4. M. Husni Ubaidillah
5. Moch Abdul Azis
1. Alat Bantu Jalan
Alat bantu jalan yaitu alat yang di gunakan untuk membantu klien supaya dapat berjalan dan bergerak. (suratun dkk,2008) Alat bantu jalan merupakan sebuah alat yang dipergunakan untuk memudahkan klien dalam berjalan agar terhindar dari resiko cidera dan juga menurunkan ketergantungan pada orang lain. Alat bantu jalan pasien adalah alat bantu jalan yang digunakan pada penderita/pasien yang mengalami penurunan kekuatan otot dan patah tulang pada anggota gerak bawah serta gangguan keseimbangan. (kozier barbara dkk, 2009)
2. Jeni- Jenis Alat Bantu Jalan
Jenis-jenis alat bantu yang dipakai di antaranya:
1. Walker 2. Kruk 3. Tongkat
2.1 Walker
Walker adalah suatu alat yang sangat ringan, mudah pindahkan, setinggi pinggang, terbuat dari pipa logam. Walker mempunyai empat penyangga dan kaki yang kokoh. Pasien memegang pemegang tangan pada batang di bagian atas, melangkah, memindahkan walker lebih lanjut, dan melangkah lagi. Walker ditujukan bagi klien yang membutuhkan lebih banyak bantuan dari yang bisa diberikan oleh tongkat. Walker mempunyai empat kaki dengan ujung dilapisi karet dan pegangan tangan yang dilapisi plastik. Walker standar membutuhkan kekuatan parsial pada kedua tangan dan pergelanga tangan; ekstensor siku yang kuat, dan depresor bahu yang kuat pula. Selain itu klien juga harus mampu menahan setengah berat badan pada kedua tungkai.Walker dengan empat roda atau walker beroda tidak perlu diangkat ketika hendak bergerak, namun walker jenis ini kurang stabil dibandingkan dengan walker jenis standar. Beberapa jenis walker beroda mempunyai tempat duduk pada bagian belakang sehingga klien dapat duduk untuk istirahat jika diinginkan. Perawat mungkin harus menyesuaikan tinggi walker sehingga penyangga tangan berada dibawah pinggang klien dan siku klien agak fleksi. Walker yang terlalu rendah dapat menyebabkan klien membungkuk, sementara yang terlalu tinggi dapat membuat klien tidak dapat meluruskan lengannya.
2.1.1 Indikasi
a. Pasien dengan kelemahan kaki
b. Post stroke.
c. Obesitas
d. Pasien tirah baring lama
e. Pasien yang terdapat fraktur pada kaki
2.1.2 Kontra Indikasi
a. Penderita dalam keadaan bedrest.
b. Penderita dengan post op.
2.1.3 Fungsi
a. Dapat menopang dan memberikan rasa aman pada pasien.
b. Membantu mempercepat pengembalian kebugaran
c. Menjaga pasien pada saat melakukan latihan berjalan
2.1.4 Hal-Hal yang perlu diperhatikan
a. Pasien harus menggunakan sepatu rata dan tidak licin waktu akan latihan.
b. Kekuatan otot tangan dan kaki.
c. Keseimbangan berdiri.
2.1.5 Cara Penggunaan Alat Bantu Walker
 Tujuan
1. Membantu Mempertahankan keseimbangan
2. Menghindari resiko saat berjalan
3. Mengurangi dampak negatif imobilitas
4. Menopang berat badan pasien
 Persiapan Alat
1. Walker
2. Sandal yang sesuai
 Prosedur
1. Beri salam
2. Jelaskan tujuan prosedur dan tindakan yang akan dilakukan
3. Cuci tangan
4. Jelaskan kepada klien cara berjalan menggunakan walker
5. Bantu klien berdiri
6. Minta klien untuk memegang gagang walker
7. Minta klien untuk berjalan maju menggunakan bantuan walker, dengan tetap mempertahankan 4 titik walker di atas lantai
8. Pastikan klien mengangkat kakinya pada saat berjalan, bukan menarik
9. Selalu siapkan diri anda di sisi klien untuuk membantu menjaga keseimbangan jika dibutuhkan
10. Kaji setiap kemajuan yang dicapai klien, dan lakukan koreksi jika perlu
11. Cuci tangan
2.2 Tongkat
Tongkat adalah alat yang ringan, mudah dipindahkan, setinggi pinggang, terbuat dari kayu atau logam. Tongkat alat bantu untuk berjalan, yang diciptakan untuk mengatur keseimbangan pada saat akan berjalan.
Cara untuk menggunakan tongkat ini kaki yang terlemah bergerak maju dengan tongkat sehingga berat badan dibagi antara tongkat dan kaki yang terkuat. Kaki yang terkuat maju setelah tongkat sehingga berat badan dibagi antara tongkat dan kaki yang terkuat. Kaki yang terkuat maju setelah tongkat sehingga kaki terlemah dan berat badan disokong oleh tongkat dan kaki terlemah. Untuk berjalan, klien mengulangi tahap ini terus menerus.
2.2.1 Indikasi
a. Hemiparase
b. Pasien dengan kelemahan kaki / post stroke.
c. Obesitas
2.2.2 Kontra Indikasi
a. Penderita dalam keadaan bedrest.
b. Penderita dengan post op.
2.3.2.3 Tipe Tongkat
a. Tongkat standar yang berbentuk lurus, tongkat standar mempunyai panjang 91 cm.
b. Tongkat kaki tiga
c. Tongkat kaki empat.(kozier barbara dkk, 2009)
2.2.4 Persyaratan tongkat meliputi:
a. Ujung tongkat yang mengenai lantai diberi karet setebal 3,75 cm untuk memberi stabilitas optimal pada klien.
b. Ukuran tongkat setinggi pangkal paha
c. Siku klien dapat defleksi (pembelokan) diatas tongkat kira-kira 25-300. (suratun dkk,2008)
2.2.5 Cara Penggunaan Alat Bantu Tongkat
 Tujuan
1. Membantu Mempertahankan keseimbangan
2. Menghindari resiko saat berjalan
3. Mengurangi dampak negatif imobilitas
 Persiapan Alat
1. Tongkat dengan ukuran panjang yang sesuai
2. Sandal yang sesuai
 Prosedur
1. Beri salam
2. Jelaskan tujuan prosedur dan tindakan yang akan dilakukan
3. Cuci tangan
4. Jelaskan kepada klien cara berjalan menggunakan tongkat
5. Bantu klien berdiri
6. Minta klien untuk memegang tongkat pada sisi tubuh yang kuat dan sehat
7. Letakkan tongkat sekitar 30 cm di depan kaki klien
8. Minta klien melangkahkan kaki yang kuat ke depan
9. Selalu siapkan diri anda di sisi klien untuuk membantu menjaga keseimbangan jika dibutuhkan
10. Kaji setiap kemajuan yang dicapai klien, dan lakukan koreksi jika perlu
11. Cuci tangan
2.3 Kruk
Kruk yaitu tongkat atau alat bantu untuk berjalan, biasanya digunakan secara berpasangan yang di ciptakan untuk mengatur keseimbangan pada saat akan berjalan. (suratun dkk,2008)
Kruk harus diukur panjang yang sesuai, dan pengukuran kruk meliputi tiga area: tinggiu klien, jarak antara bantalan kruk dan aksila, dan sudut fleksi siku. Pengukuran dilakukan dengan satu dari dua metoda berikut, dengan klien berada pada posisi supine atau berdiri. Pada poisis telentang-ujung kruk berada 15cm disamping tumit klien.
Mengukur kruk dengan posisi pasien telentang :
1. Klien terletak pada posisi telentang dan perawat ukuran dari lipatan anterior ketiak tiga sampai tumit kaki empat jari ( 4-5 cm) lebarnya.
Mengukur kruk dengan posisi pasien berdiri :
1. Klien berdiri tegak dan mendukung berat badan dengan cengkeraman tangan kruk
2. siku harus difleksiakan 15 sampai 30 derajat. Fleksi siku diperiksa dengan menggunakan goniometer. Lebar kruk harus 3-4 lebar jari (4-5 cm) dibawah aksila.
2.3.1 Indikasi
a. Pasien dengan fraktur ekstremitas bawah.
b. Pasien dengan post op amputasi ekstremitas bawah.
c. Pasien dengan kelemahan kaki / post stroke.
2.3.2 Kontra Indikasi
a. Penderita demam dengan suhu tubuh lebih dari 37o C.
b. Penderita dalam keadaan bedrest.
c. Penderita dengan post op 2.3.3.3 Manfaat Penggunaan Kruk
a. Memelihara dan mengembalikan fungsi otot.
b. Mencegah kelainan bentuk, seperti kaki menjadi bengkok.
c. Memelihara dan meningkatkan kekuatan otot.
d. Mencegah komplikasi, seperti otot mengecil dan kekakuan sendi. (suratun dkk,2008) 2.3.3.4 Fungsi Kruk
a. Sebagai alat bantu berjalan.
b. Mengatur atau memberi keseimbangan waktu berjalan.
c. Membantu menyokong sebagian berat badan klien
2.3.5 Cara Penggunaan Alat Bantu Kruk
 Tujuan
2. Membantu Mempertahankan keseimbangan
3. Menghindari resiko saat berjalan
4. Mengurangi dampak negatif imobilitas
 Persiapan Alat
1. Sepasang kruk
2. Sandal yang sesuai
Prosedur
3. Beri salam
4. Jelaskan tujuan prosedur dan tindakan yang akan dilakukan
5. Cuci tangan
6. Jelaskan kepada klien cara berjalan menggunakan kruk :
ï‚· Gaya berjalan 4 titik
- Bantu klien berdiri dengan ditopang dua buah kruk
- Letakkan kedua tungkai klien dalam posisi sejajar dengan kedua titik tumpu kruk berada di depan kedua kaki klien
- Minta klien untuk berjalan dengan menggerakkan kruk kanan kedepan, dan dilanjutkan dengan menggerakkan tungkai kiri kedepan,
- Selanjutnya, gerakkan kruk kiri ke depan, kemudian tungakai kanan juga kedepan
- Ulangi langkah tersebut setiap klai jalan
ï‚· Gaya berjalan 3 titik
- Gerakkan tungkai kiri dan kedua kruk ke depan, kemudia gerakkan tungkai kanan ke depan
- Ulangi langkah tersebut setiap kali berjalan
ï‚· Gaya berjalan 2 titik
- Gerakkan tungkai kiri dan kruk kanan ke depan secara bersamaan, kemudian gerakkan tungkai kanan dan kruk kiri ke depan juga bersamaan
- Ulangi langkah tersebut setiap klai berjalan
7. Selalu siapkan diri anda di sisi klien untuuk membantu menjaga keseimbangan jika dibutuhkan
8. Kaji setiap kemajuan yang dicapai klien, dan lakukan koreksi jika perlu
9. Cuci tangan
2.3.6 Cara naik tangga:
a. Lakukan posisi tiga titik
b. Bebankan berat badan pada kruk
c. Julurkan tungkai yang tidak sakit antara kruk dan anak tangga
d. Pindahkan beban berat badan dari kruk ketungkai yang tidak sakit
e. Luruskan kedua kruk dengan kaki yang tidak sakit diatas anak tangga
2.3.7 Cara turun tangga:
a. Bebankan berat badan pada kaki yang tidak sakit
b. Letakkan kruk pada anak tangga dan mulai memindahkan berat badan pada kruk, gerakkan kaki yang sakit kedepan
c. Luruskan kaki yang tidak sakit pada anak tangga dengan kruk
d. Ajarkan klien tentang cara duduk di kursi dancara beranjakdari kursi.
2.3.8 Cara duduk:
a. Klien diposisi tengah depan kursi dengan aspek posterior kaki menyentuh kursi
b. Klien memegang kedua kruk dengan tangan berlawanan dengan tungkai yang sakit. Jika kedua tungkai sakit kruk ditahan dan pegang pada tangan klien yang lebih kuat
c. Klien meraih tangan kursi dengan tangan yang lain dan merendahkan tubuh kekursi
2.3.9 Cara bangun:
a. Lakukan tiga langkah di atas dalam urutan sebaliknya.
b. Cuci tangan
c. Catat cara berjalan dan prosedur yang diajarkan serta kemampuan klien untuk melakukan cara berjalan dalam catatan perawat.(suratun dkk,2008)
DAFTAR PUSTAKA
Kozier, Barbara (2004). Fundamental of Nursing: Concept and Procedure, 5th Ed, California, Addison-Wesley Nursing.
Kusyanti Eni.(2012) Keterampilan & prosedur laboratorium keperawatan dasar. Ed 2. Jakarta: EGC.
Potter, Patricia A, Anne G Perry (2006). Fundamental of Nursing: Concept, Process and Practice, St Louis, the CV. Mosby Company Suratun dkk.(2008).Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.Jakarta: EGC Barbara, Kozier dkk.(2009).Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & ERB, Edisi 5.Jakarta: EGC
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H