Sangat disayangkan betapa anak-anak di Indonesia masih banyak yang menjadi korban eksploitasi. Padahal, anak-anak ini mungkin memiliki potensi yang seharusnya digali lebih dalam dan didukung dengan lingkungan yang sehat dan aman.
Pengamen jalanan masih menjadi isu yang harus diperbaiki di Indonesia. Apalagi pengamen yang masih berusia dini. Anak-anak ini layak untuk mendapatkan kehidupan yang seharusnya ia jalani. Belajar, bermain, melakukan hobi disela-sela sekolah, mencari jati dirinya.
Pemerintah harus segera tanggap dalam membantu anak-anak ini untuk hidup layak. Kemiskinan struktural membuat anak-anak ini harus menelan pahitnya dunia dan dewasa sebelum umurnya. Sudah saatnya kita sadar betapa krusialnya kasus eksploitasi anak yang terjadi di Indonesia karena R bukan hanya satu—satunya anak yang menjadi korban. Ia hanya satu contoh dari jutaan anak Indonesia yang kehilangan masa kecil demi sesuap nasi. Sayangnya, ekspolitasi anak tidak hanya terjadi dikalangan pengamen jalanan. Anak-anak dibawah umur yang bekerja di media sosial juga menjadi cont oh kasus eksploitasi anak yang harus diperhatikan lebih serius.
Anak sekecil R Â atau bahkan yang lebih kecil lagi, tidak seharusnya ikut merasakan pahitnya dunia dari usia dini. R pantas mendapatkan masa kecilnya dan bertumbuh kembang seperti anak lain. Namun kerasnya kehidupan membuatnya harus merasakan beban dunia yang tidak semestinya ia pikul dipundak kecilnya. Melangkah perlahan dengan kaki mungil beralaskan sendal hingga malam hari menenteng gitar yang ukurannya setara badannya sendiri.
R dan jutaan anak lainnya harus menjadi pembuka mata bagi pemerintah maupun kita semua untuk lebih memperhatian anak-anak disekeliling kita dan membantu mereka untuk memiliki hidup yang kebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H