Seperti yang telah disosialisikan pula mengenai COVID-19 Â bahwa salah satu cara agar terhindar dari meluasnya penularan virus, yaitu dengan menjaga jarak fisik. Maka, sistem PJJ dinilai menjadi sebuah kebijakan yang menjawab solusi pembelajaran paling efektif dan masih terjangkau di masa pandemi ini. PJJ seolah menjadi satu-satunya harapan di bidang pendidikan agar jalannya kegiatan belajar -- mengajar tetap aktif ditengah tidak pastian kapan COVID -- 19 ini akan berakhir.
Berkaitan dengan beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan PJJ, teori Dramaturgi dari tokoh Erving Goofman bahwa istilah dramaturgi kental dengan pengaruh drama atau teater dimana aktor memerankan karakter. Dan yang akan dibahas pada penulisan ini adalah bagaimana dramaturgi peserta didik dalam melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Berkaca dari pemikirannya Burker yang menyatakan bahwa "hidup itu memang bukan seperti drama, tapi hidup itu sendiri adalah drama", dari sinilah kemudian Erving Goffman lebih jitu dalam mengembangkan konsep pemikiran tentang dramatisme. Sebagai seorang Sosiolog dan penganut interaksionisme simbolik, Goffman memperdalam kajian dramatisme dan menyempurnakannya dalam buku "The Presentation of Self in Everyday Life", dalam bukunya Goffman mendalami fenomena interaksionisme simbolik yang mengemukakan kajian mendaam mengenai konsep dramaturgi.
Dramaturgi ini kental pengaruhnya dengan drama atau teater atau pertunjukan fisik di atas panggung, yang mana actor itu memainkan karakter manusia-manusia yang lain. Sehingga penonton dapat memperoleh gambaran kehidupan dari tokoh tersebut dan alur cerita dari drama yang disajikan. Terdapat dua konsep besar di dalam dramaturgi yakni front stage (panggung depan) dan back stage (panggung belakang).
Dalam front stage mencakup bagian pertunjukan yang berfungsi mendefinisikan situasi penyaksian pertunjukan dan di dalamnya  terbagi menjadi dua bagian, yaitu setting dan front personal, serta ekspresi equidment (penampilan dan gaya/perilaku).Â
Misalkan, jika dilihat dari realita yang ada pada Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) si A berperan sebagai mahasiswa yang pertunjukannya di atas panggung depan dan belakangnya ini berbeda. Dimana ketika di depan panggung dalam hal ini pada saat kelas mata kuliah dimulai perilakunya akan berbeda ketika ia berada di panggung belakang atau dalam haini tidak saat pada kelas mata kuliah berlangsung. Jadi, di panggung depan sesorang akan menampilkan yang berbeda sesuai jati dirinya.
Kemudian back stage, ini adalah tempat untuk individu memeprsiapkan perannya di wilayah depan atau back stageini diibaratkan dengan 'kamar rias' sebagai tempat mempersiapkan diri atau berlatih untuk memainkan perannya. Jadi, di panggung belakang ini lah individu dapat terlihat karakter aslinya, dimana ketika dipanggung depan si A selalu menjaga perilakunya, namun ketika di panggung belakang atau dalam hal ini di belakang temannya si A tidak lagi menjaga perilakunya.
Keduanya dapat dicontohkan dalam sebuah pembelajaran jarak jauh yang sedang berlangsung di masa pandemic ini. Dimana mahasiswa dalam hal ini lebih sering melakukan pembelajaran daring melalui aplikasi pesan chat atau aplikasi videocall. Dari realita ini lah kita dapat melihat sebuah fenomena dramaturgi sesungguhnya, misalkan ketika sebuah kelas melangsungkan pembelajaran melalui aplikasi video call.Â
Ketika fitur kamera pada aplikasi tersebut dinyalakan mahasiswa cenderung akan menunjukan perilaku atau jati diri baiknya, seperti memakai pakaian rapih, duduk dengan sigap, atau memeprhatikan jalannya kelas dengan seksama. Namun akan berbeda ketika fitur kamera tersebut dibiarkan tidak menyala, mahasiswa cenderung akan menunjukkan perilaku aslinya di belakang panggung tersebut dalam hal ini di belakang kamera, seperti tidur-tiduran atau makan makanan berat  selama kelas berlangsung. Begitulah dramartugi berperan dalam kehidupan kita yang sesungguhnya.
Oleh Diana Priska Damayanti
Mahasiswa Pendidikan Sosiologi UNJ