Akhirnya kita setuju untuk mendirikan asosiasi yang baru itu, maka berdirilah Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia. Jadi Daur ulang plastik tidak hanya industri melainkan bersifat global dan di seluruh Indonesia. Berangkat pada saat itu kita juga, membicarakan masalah yang saat ini sedang menghantui daur ulang plastik Indonesia tetapi orang-orang ini tidak tahu. Banyak orang yang belum sadar dengan pembayaran pajak. Saat ini sektor industri ekonomi di Indonesia sekarang ada masalah dengan penerimaan pajak negara.
Untuk daur ulang sampah plastik ini adalah komoditi yang tidak mungkin dipajakkan tetapi saat ini oleh Pemerintah disama ratakan dengan sektor industri yang lain. Daur ulang plastik harus membayar PPN seperti industri yang lainnya. Pada saat itu masih bisa diatur untuk membayar pajak, namun di saat kondisi seperti ini banyak industri daur ulang plastik yang tidak bisa membayar pajak dengan pembayaran pajak yang memberatkan 10% , akhirnya banyak industri-industri daur ulang sampah plastik yang tidak dapat bertahan hidup sehingga banyak yang tutup. Karena mereka merupakan industri kecil yang tidak bisa eksport ke luar negeri seperti perusahaan saya, dan mereka tidak punyak kreativitas untuk mengolah bahan-bahan menjadi barang-barang yang memiliki nilai jual tinggi. Jadi saat ini kita dari ADUPI memperjuangkan mengenai pembebasan PPN untuk daur ulang plastik”.
Pertanyaan saya selanjutnya adalah bagaimana tanggapan yang diberikan oleh Pemerintah mengenai hal ini , Beliau menjawab :“Kita sudah sampai ke Badan Kebijakan Fiskal di bawah Perencanaan dan Penelitian Sekertariat Jendral Depantemen Keuangan mereka sedang mengkaji secara keseluruhan apakah pantas daur ulang plastik ini diberikan pembebasan PPN atau tidak dan mereka mengatakan bahwa daur ulang plastik sangat membantu dan di luar negeri usaha seperti ini diberikan stimulus dan diberi insentif oleh pemerintah sedangkan di Indonesia hal seperti ini tidak ada sehingga banyak usaha daur ulang plastik yang berguguran dengan sendirinya. Sekarang pemerintah mulai memberikan respon yang positif kita sudah sampai kepada Badan Kebijakan Fiskal dan sudah pada tahap investigasi , secara lisan mereka sudah mengatakan bahwa usaha daur ulang plastik pantasmendapatkan pembebasan pajak tetapi mereka masih membutuhkan proses untuk memutuskan hal tersebut. Jadi saat ini industri daur ulang sampah plastik masih di kenakan PPN 10 %. Tetapi sampai terakhir saya bertemu Dirjen Pajak saat ini Bapak Ken Dwijugiasteadi saat ini Beliau mengatakan bahwa 'Industri daur ulang plastik adalah merupakan industri kreatif yang membantu Kehidupan sehingga pantas mendapatkan penbebasan PPN' bahkan Dirjen Pajaknya pun mengatakan demikian". Ujar Ibu Christine Halim.
Saat saya tanyakan mengenai keanggotaan ADUPI, Ibu Christine Halim menjelaskan bahwa Anggota ADUPI terdiri dari 130 Perusahaan bersekala besar yang rutin membantu biaya operasional ADUPI, sedangkan 6000 anggota ADUPI yang terdiri dari para pemulung , pengepul, bank sampah , pengusaha kecil, untuk mereka ADUPI tidak mungkin mengharapkan iuran karena melihat kondisi mereka.
Selain itu saya juga bertanya mengenai koordinasi antara ADUPI dengan Bank Sampah, Ibu Christine Halim menjelaskan bahwa saat ini ADUPI yang sudah berjalan 1 Tahun dalam masa kepemimpinannya, masih berusaha untuk membina hubungan baik dengan semua Bank Sampah, contohnya beliau meminta bantuan kepada Ibu Yeni untuk mengadakan acara pertemuan ini. Beliau berharap dapat merangkul dan menjalin kerjasama dengan seluruh bank sampah yang ada di Indonesia untuk mendukung program bebas sampah Tahun 2020.
Saya juga bertanya mengenai harapan Ibu Christine Halim terhadap Pemerintah, Beliau menyatakan bahwa “Kedepannya apabila Pemerintah ingin membuat kebijakan libatkan semua praktisi pelaku daur ulang yang ada di Indonesia untuk memberikan masukan sehingga untuk membuat kebijakan apapun jangan membuat kebijakan terlebih dahulu baru dipanggil asosiasi-asosiasi. Duduklah kita semeja untuk membuat kebijakan sehingga dapat menguntungkan semua pihak jangan hanya menguntungkan satu pihak. Contohnya saja dengan kebijakan plastik berbayar hanya satu arah saja disahkan ternyata dalam pelaksanaannya tidak efektif sekarang ini ada isu lagi akan diterapkan cukai untuk plastik ini tentunya akan memberatkan masyarakat”. Selain itu beliau menyampaikan pernyataan yang cukup tegas bahwa “Bukan plastiknya yang salah, bukan sampahnya yang salah tetapi cara kita memperlakukan sampah yang salah, karena tidak mungkin plastik itu jalan-jalan ke laut atau ke sungai. Ayo lah.. bersama-sama dengan Asosiasi yang lain dan LSM-LSM, kita mencari solusi nasional bersama untuk mengatasi masalah sampah”.
Terakhir saya menanyakan mengenai himbauan beliau terhadap masyarakat, beliau menyampaikan bahwa “Agar masyarakat lebih perduli terhadap lingkungan, jangan membuang sampah sembarangan dan selalu mengupdate dan mengikuti perkembangan penanganan masalah sampah, karena masih banyak masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan dan satu lagi himbawan kepada Pemerintah, yaitu Pemerintah harus menetapkan hukuman bagi pihalk yang membuang sampah sembarangan. Selama ini ada sanksi berupa denda bagi orang yang membuang sampah sembarangan, tetapi belum kelihatan realisasinya. Sedangkan Di luar negeri sendiri dengan pola hidup yang konsumtif dan sampahnya lebih banyak namun sampah bukan lah masalah untuk mereka”.
Demikianlah obrolan yang cukup menarik antara saya dengan Ibu Christine Halim, menurut saya apa yang beliau sampaikan perlu pikirkan bersama bahwa Industri Daur Ulang Sampah berupaya membantu Pemerintah dalam mengatasi problem sampah saat ini , perlu ditinjau kembali apakah dengan penetapan PPN 10% bagi industri daur ulang sampah yang bersekala kecil dan menengah dapat terus bertahan hidup, apalagi dalam kondisi ekonomi saat ini. Dan kita sebagai masyarakat harus membantu Pemerintah dalam mengatasi permasalahan sampah dengan membuang sampah pada tempatnya dan membantu program daur ulang sampah.
Sampai Berjumpa dipembahasan selanjutnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI