Bahasa kawi atau bahasa rinengga berasal dari kata rengga yang artinya dihias. Bahasa Kawi biasa digunakan pada sastra-satra karena untuk menunjang keindahan bahasa. Sehingga bahasa ini banyak digunakan dalam karya sastra, pedhalangan, panyandra, dan sebagainya (Sulaksono, 2016).
Contoh:
karna 'telinga' ; bintulu 'biru' ; rekta 'merah' ; dan sebagainya.
3. Bahasa Bagongan
Bahasa Bagongan digunakan dikalangan Kraton Surakarta, Yogyakarta, dan orang-orang di sekitar daerah tersebut, bahasa ini disebut juga bahasa kedhaton. Bahasa Bagongan termasuk dalam golongan bahasa Jawa baku (Poedjasoedarma dalam Sulaksono, 2016).
4. Krama Desa
Krama desa dengan karma sering kali dianggap sama, bahasa ini banyak digunakan di pedesaan atau pegunungan sehingga dianggap sama degan bahasa krama. Krama desa disebut bahasa yang berlebihan karena sudah berbentuk krama masih dikramakan lagi.
Contoh:
krama: nama 'nama' dikramakan lagi menjadi nami (krama desa)
krama: mekaten 'begini' dikramakan lagi menjadi ngeten (krama desa)
krama: sepuh 'tua' dikramakan lagi menjadi sepah (krama desa)