Mohon tunggu...
diana kamila dewi
diana kamila dewi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang guru yang selalu mencari informasi terbaru untuk memperbaharui dan memperbaiki ilmu yang telah saya miliki

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi 2.1_Pembelajaran Berdiferensiasi

7 Agustus 2023   12:06 Diperbarui: 7 Agustus 2023   12:09 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Principals academy Inc

"Semua pengetahuan terhubung ke semua pengetahuan lainnya. Yang menyenangkan adalah membuat koneksinya"

(Arthur Aufderheide)

Tujuan Pembelajaran Khusus:

CGP dapat membuat sintesa pemahaman dengan mengkoneksikan semua materi yang telah dipelajari sebelumnya untuk menjelaskan pemahamannya tentang pembelajaran berdiferensiasi dan bagaimana mengimplementasikannya.

Refleksi Terhadap Perjalanan Pembelajaran Hingga Saat Ini.

Buatlah kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi dan bagaimana hal ini dapat dilakukan di kelas?

Setiap murid yang duduk di kelas kita adalah individu yang unik dan ini seharusnya menjadi dasar dari praktik-praktik pembelajaran yang kita lakukan di kelas dan di sekolah, serta menjadi kerangka acuan saat mengevalulasi praktik mengajar. Terdapat empat alasan mengapa kita kita harus menyesuaikan pembelajaran yang kita lakukan dengan kebutuhan murid. Yaitu yang pertama  keberagaman murid dimana ada murid-murid yang berasal dari keluarga tidak mampu maka tidak dapat mengakses teknologi dari rumah sehingga tidak bisa mengikuti pembelajaran yang memerlukan IT atau daring, atau perbedaan kemampuan anak dalam menyerap informasi yang kita berikan dimana anak yang sudah menguasai materi akan cepat bosan dan ada murid yang berjuang keras untuk mencoba memahami apa yang diajarkan. Yang kedua layanan kebutuhan murid, tugas kita adalah melayani murid-murid dengan segala keberagaman serta menyediakan lingkungan dan pengalaman terbaik bagi mereka. Yang ketiga kesenjangan sosial (learning gap), adanya respon yang cepat dari guru dalam memberikan kebutuhan murid akan meminimalisir adanya kesenjangan belajar (learning gap). Dan yang keempat ada kaitannya dengan Standar Pendidikan Nasional, perlunya upaya mengembangkan potensi peserta didik dengan semaksimal mungkin untuk dapat mewujudkan profil kualifikasi lulusan seperti yang dijabarkan dalam Standar Kompetensi lulusan.

Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan tersebut adalah terkait dengan tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya, lingkungan belajar yang "mengundang" murid untuk belajar, manajemen kelas yang efektif, serta penilaian berkelanjutan.

Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut.

Jelaskan bagaimana pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal. Jelaskan pula bagaimana Anda melihat kaitan antara materi dalam modul ini dengan modul lain di Program Pendidikan Guru Penggerak.

Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid paling tidak berdasarkan 3 aspek.

Ketiga aspek tersebut adalah:

  • Kesiapan belajar (readiness) murid
  • Minat murid
  • Profil belajar murid

Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi, konsep, atau keterampilan baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka dan memberikan mereka tantangan, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai.

Tomlinson (2001 : 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Tombol-tombol equalizer tersebut menggambarkan perspekftif yang dapat kita gunakan untuk menentukan tingkat kesiapan belajar murid.

Terdapat 9 contoh perspektif yang terdapat dalam equalizer Tomlinson tersebut, yaitu:

Sumber: EPSD Staff development - weebly
Sumber: EPSD Staff development - weebly
  • Bersifat mendasar -- bersifat transformative
  • Konkrit -- abstrak
  • Sederhana -- kompleks (rumit)
  • Sedikit mengandung fakta -- multi fakta
  • Menjangkau dengan lompatan kecil -- menjangkau dengan lompatan luar biasa
  • Terstruktur -- terbuka
  • Masalah terdefinisi jelas -- masalah kabur (tidak jelas)
  •  Tergantung -- mandiri
  • Berpikir lambat -- berpikir cepat

Kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ), tapi lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki murid saat ini akan sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan diajarkan. Tujuan melakukan identifikasi atau pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar (readiness) adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya (Joseph, Thomas, Simonette & Ramsook, 2003 : 29)

Berikutnya adalah minat murid. Minat adalah suatu keadaan mental yang menghasilkan respon terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Minat sebenarnya dapat kita dalam 2 perspektif, yaitu minat situasional dan minat individu.

Minat situasional merupakan keadaan psikologis yang dicirikan oleh peningkatan perhatian, upaya dan pengaruh, yang dialami pada saat tertentu. Misalkan seorang anak bisa saja tertarik saat gurunya berbicara tentang hewan meskipun sebenarnya ia tidak menyukai topik hewan tersebut, karena gurunya berbicara dengan cara menghibur, menarik, dan menggunakan alat bantu visual. Sedangkan minat individu merupakan sebuah kecenderungan untuk terlibat dalam jangka waktu lama dengan objek atau topik tertentu. Seorang anak yang memiliki minat terhadap hewan maka ia akan tetap tertarik untuk belajar tentang hewan meskipun guru tidak membawakannya dengan cara menarik atau menghibur.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk menarik minat murid, diantaranya:

  • Menciptakan situasi pembelajaran yang menarik perhatian murid
  • Menciptakan konteks pembelajaran yang dikaitkan dengan minat individu murid
  • Mengkomunikasikan nilai manfaat dari apa yang dipelajari murid
  • Menciptakan kesempatan belajar dimana murid dapat memecahkan persoalan.

Gagasan untuk membedakan melalui minat adalah untuk menghubungkan murid agar menjaga minat mereka. Dengan menjaga minat murid tetap tinggi diharapkan dapat meningkatkan kinerja murid. Pembelajaran berbasis minat seharusnya tidak hanya dapat menarik dan memperluas minat murid yang sudah ada, tetapi juga dapat membantu mereka menemukan minat baru.

Berikutnya adalah Profil Belajar. Tujuan dari mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien. Profil belajar terkait dengan banyak faktor, diantaranya; preferensi terhadap lingkungan belajar, pengaruh budaya, preferensi gaya belajar, dan preferensi berdasarkan kecerdasan majemuk (multiple intellegences).

Gaya belajar adalah bagaimana murid memilih, memperoleh, memproses, dan mengingat informasi baru. Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu:

  • Visual: belajar dengan melihat (berupa gambar, diagram, powerpoint, catatan, peta, graphic organizer)
  • Auditori: belajar dengan mendengar (penjelasan guru, membaca dengan keras, mendengarkan pendapat saat diskusi, mendengarkan musik)
  • Kinestetik: belajar sambil melakukan (bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb).

Dari penjelasan di atas dengan jelas bahwa pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal dengan menggunakan beberapa cara seperti contoh berikut.

  • Mengamati perilaku murid
  • Mencari tahu pengetahuan awal murid
  • Melakukan penilaian dan mencatat kebutuhannya
  • Mendiskusikan kebutuhan murid dengan orang tua atau wali
  • Mengamati murid saat beraktivitas
  • Bertanya atau mendiskusikan permasalahan dengan murid
  • Membaca rapor murid dan melihat komentar dari guru sebelumnya
  • Berbicara dengan guru murid sebelumnya
  • Dll.

Kaitan antara materi dalam modul ini dengan modul lain di Program Pendidikan Guru Penggerak.

Berdasarkan pemikiran  Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah menuntun anak sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman dengan berpihak pada anak sesuai dengan perkembangan minat, bakat dan potensi yang dimiliki anak. Hal ini berkaitan erat dengan pembelajaran berdiferensiasi yang bertujuan memberikan pembelajaran kepada anak dengan cara memetakan kebutuhan murid sesuai dengan kesiapan belajar (readiness) anak, minat anak, dan profil belajar anak.

Kaitan dengan nilai dan peran guru penggerak dengan pembelajaran berdiferensasi adalah bahwa pembelajaran berdiferensiasi dapat mewujudkan merdeka belajar apabila guru penggerak memiliki nilai dan peran guru penggerak. Nilai guru penggerak meliputi; berpihak kepada murid, kolaboratif, mandiri, kreatif, reflektif, dan inovatif. Sedangkan peran guru penggerak yaitu mampu menjadi pemimpin pembelajaran, mampu menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, dan mewujudkan kepemimpinan murid.

Kaitan pembelajaran berdiferensiasi dengan visi guru penggerak yaitu seorang guru penggerak tentunya memiliki visi untuk mewujudkan merdeka belajar sesuai dengan dimensi profil pelajar Pancasila yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, kreatif, dan bernalar kritis. Dengan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi guru bisa menyesuaikan kebutuhan belajar murid berdasarkan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar. Untuk menciptakan pembelajaran berdiferensiasi guru penggerak harus mampu berkolaborasi dan mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki oleh sekolah sehingga mampu mendukung terwujudnya visi dan mendukung perkembangan murid berdasarkan pemetaan kebutuhan murid.

Kaitan pembelajaran berdiferensiasi dengan Budaya Positif yaitu budaya positif merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau keyaiknan universal yang diterapkan di sekolah. Lingkungan belajar yang mendukung diferensiasi dibangun dengan menerapkan budaya positif, yaitu:

  • Komunitas belajar setiap orang di kelas akan menyambut dan merasa disambut oleh orang lain.
  • Setiap orang di dalam kelas saling menghargai
  • Murid merasa aman, menciptakan murid berani dalam mengemukakan pendapat
  • Ada haapan bagi pertumbuhan yang diunjukkan murid
  • Guru mengajak murid untuk mencapai kesuksesan, pengalaman belajar, mendorong murid lebih cpat, seikit melampaui apa yang telah dikuasainya, guru memberikan dukungan sehingga murid tidak merasa frustasi.
  • Adanya bentuk keadilan dalam bentuk nyata. Semua murid berhap mendapat perlakuan yang sama di dalam kelas.
  • Guru berkolaborasi dengan murid untuk mencapai pertumbuhan dan kesuksesan bersama, adanya tanggung jawab masing-masing agar tercipta kelas yang efektif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun