Aku buka handphoneku dan mulai menulis isi hati. Saat tengah asik menulis suamiku datang lagi. "nulis apa sih yank?" tanya si papa. Aku diam saja. "nulis tentang gebetan ya"Â
Oh my god. Ya ampun papa. Padahal aku sudah berjanji siang tadi buat ga ngingetin papa lagi tentang mantan gebetan. Eh tiba tiba papa malah ngingetin lagi. Ya ampun aku jadi ga enak.Â
"ih papa apaan sih. Enggaklah. Kamu masih cemburu ya. Ngaku hayo"Â
Suamiku tertawa. Senyumnya kayak yang berhasil buat aku terhibur. Akhirnya aku ikut tertawa bersama dia. Kemudian aku tunjukkan apa yang ku tulis.Â
"nulis ini lho pah. Tentang kita sekarang. Aku tuh kangen pah sama kamu. Kenapa sih anak kaka mu kok ya ga pulang pulang. Itu ayahnya udah datang kok ga langsung di ajak pulang malah di suruh main lagi"Â
Suamiku mengangkat bahu. Dia tidak tahu dan biasanya dia juga ga mau tahu. Tiba tiba Ril datang menemuiku dengan membawa plastik berisi siomay tanpa bumbu. Sepertinya dia mau aku menyuapinya. Lalu ku tinggalkan suamiku dan pergi mengikuti Ril keluar rumah.Â
 "Ril, ini siomaynya masih mau lagi ga?" aku tanya Ril. Sejak tadi dia ku tawari makan siomay lagi malah diam saja. Sepertinya siomay kali ini tidak bakal habis. Ya sudah. Aku beranjak dari tempatku duduk dan kembali ke dalam rumah mengambil minum untuk Ril.Â
Setelah ku berikan minum ke Ril, aku dengar suara kakanya suamiku mengajak Cia untuk pulang. Dalam hatiku 'yes, cepatlah pulang. Aku sudah kangen main sama anak dan suamiku'. Lalu kulihat jam di handphone. Yah, udah jam delapan malam saja. Gimana ini waktunya tinggal sedikit lagi. Ril juga ga bisa begitu saja di buat tidur. Harus kubacakan cerita dulu dan kukeloni dia.Â
Aku menghela nafas. Nasib punya rumah sebelahan sama keluarga besar itu mau cari waktu untuk pacaran ga gampang. Padahal saat bangun rumah aku berharap ruang privasiku bersama suami jadi lebih besar tapi ternyata justru keberkahanlah yang melebar. Dimana kita memberikan kenyamanan pada orang lain maka orang lainpun akan merasa bahagia bersama kita.Â
"Yaah, si papa bener udah ngorok duluan" aku liat papa dengan mulutnya yang menganga lebar. Ku lirik Ril di sebelahku masih asik dengan botol susunya. Sepertinya aku harus bersabar sampai waktu merindu yang tak tahu kapan akan datang.Â
Merindukan rutinitas mingguan romantis bersama suami sepertinya harus dibuang jauh jauh supaya ga baperan dan ga sensitif. Terlebih supaya tidak tertanam kebencian di hati. Selamat istirahat suamiku sayang. Peluk cium juga buat anakku Ril. I love you. Selesai.Â