Bermalam di gunung kami ditemani hawa dingin dan suara angin yang menderu-deru. Saya sampai kuatir kemah kami terbang saking kencangnya tiupan angin. Paginya sebelum matahari terbit kami segera mencari spot sunrise view, yaitu di tepi jurang.Â
Di seberang jurang ada lereng gunung dan di sana terlihat matahari terbit. Di pinggir jurang ini juga sinyal ponsel bisa didapatkan.Â
Setelah sarapan kami bersiap-siap turun. Pondok Saladah bukan puncak Gunung Papandayan. Untuk ke puncak masih perlu sekitar 2 jam perjalanan dan menurut porter pendaki harus mendaftar secara online ke Pengelola seperti yang dilakukan untuk mendaki Semeru karena puncak Papandayan adalah hutan yang dilindungi.
 Selain itu ada pula spot air terjun yang treknya konon lebih terjal. Karena trip ini adalah trip santai maka kami tidak mengambil paket tsb.
Seperti sudah direncanakan jalur turun kami melalui Hutan Mati. Maka sekali lagi kami melintasi tanah tandus kering dengan puluhan batang pohon mati yang eksotis tapi mengenaskan.Â
Di sepanjang pinggir jurang yang menghadap ke kawah dipasang pagar panjang dari kayu untuk menjaga agar tidak ada pengunjung yang terjatuh.
Kami turun dari Hutan Mati melalui undakan batu, rapi dan memudahkan para wisatawan, dan tak terasa kami sampai di Bunderan. Beberapa kali kami berpapasan dengan pengunjung yang baru naik.Â