Mohon tunggu...
Diana F Singgih
Diana F Singgih Mohon Tunggu... Lainnya - baru belajar menulis

Pensiunan yang saat ini hobinya merajut dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bertamasya ke Gunung Papandayan

16 Oktober 2024   13:13 Diperbarui: 16 Oktober 2024   13:20 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Padang edelweis. Dokpri 
Padang edelweis. Dokpri 

Hutan mati. Dokpri
Hutan mati. Dokpri

Bermalam di gunung kami ditemani hawa dingin dan suara angin yang menderu-deru. Saya sampai kuatir kemah kami terbang saking kencangnya tiupan angin. Paginya sebelum matahari terbit kami segera mencari spot sunrise view, yaitu di tepi jurang. 

Di seberang jurang ada lereng gunung dan di sana terlihat matahari terbit. Di pinggir jurang ini juga sinyal ponsel bisa didapatkan. 

Menanti mentari terbit/dokpri
Menanti mentari terbit/dokpri

Setelah sarapan kami bersiap-siap turun. Pondok Saladah bukan puncak Gunung Papandayan. Untuk ke puncak masih perlu sekitar 2 jam perjalanan dan menurut porter pendaki harus mendaftar secara online ke Pengelola seperti yang dilakukan untuk mendaki Semeru karena puncak Papandayan adalah hutan yang dilindungi.

 Selain itu ada pula spot air terjun yang treknya konon lebih terjal. Karena trip ini adalah trip santai maka kami tidak mengambil paket tsb.

Jalur dari Hutan Mati ke Pos 7/dokpri
Jalur dari Hutan Mati ke Pos 7/dokpri

Seperti sudah direncanakan jalur turun kami melalui Hutan Mati. Maka sekali lagi kami melintasi tanah tandus kering dengan puluhan batang pohon mati yang eksotis tapi mengenaskan. 

Di sepanjang pinggir jurang yang menghadap ke kawah dipasang pagar panjang dari kayu untuk menjaga agar tidak ada pengunjung yang terjatuh.

Kami turun dari Hutan Mati melalui undakan batu, rapi dan memudahkan para wisatawan, dan tak terasa kami sampai di Bunderan. Beberapa kali kami berpapasan dengan pengunjung yang baru naik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun