Mohon tunggu...
Diana F Singgih
Diana F Singgih Mohon Tunggu... Lainnya - baru belajar menulis

Pensiunan yang saat ini hobinya merajut dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kekuatan Doa

14 Oktober 2024   11:52 Diperbarui: 14 Oktober 2024   12:00 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya yakin para Kompasianer dan pembaca semua pernah merasakan terkabulnya suatu harapan karena kekuatan doa. Dalam Al Quran surat Ghafir ayat 60 Allah berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” 

Jadi sudah dijanjikan bahwa Allah itu akan mengabulkan setiap doa.

Dalam hadits disebutkan bahwa doa seorang muslim dikabulkan dalam tiga cara: (1) dikabulkan, (2) ditunda dan diselamatkan dari musibah sesuai dengan kadarnya, (3) disimpan untuk hari kiamat, jadi pahala untuknya.

Ada banyak doa saya yang dikabulkan, tapi ada satu yang sampai sekarang yang setiap mengingatnya masih membuat saya takjub, karena situasi dan kondisi saat itu, dalam kacamata manusia sangat tidak mungkin terjadi, tapi alhamdulillah saya mendapatkannya. Dan kisah ini kadang saya sharing ke saudara atau kawan yang sedang feeling down karena merasa dunia sedang menghimpitnya supaya tetap termotivasi untuk melangitkan doa.

Kejadiannya sudah lama sekali. 

Sejak menikah, saya dan suami tak pernah menyisihkan dana untuk pergi haji. Boro-boro untuk pergi haji, buat dana daruratpun tidak ada. Setiap bulan uang gaji habis untuk hidup sehari-hari. Kami menikah muda, suami baru lulus kuliah dan masih dalam masa probation sedangkan saya masih di semester-semester akhir. Lalu anak-anak mulai hadir. Sudah sangat bersyukur kami tidak pernah berutang selain untuk KPR rumah kecil di daerah banjir dan mobil bekas yang kami pakai, tidak pernah dirawat di rumah sakit selain untuk persalinan, anak-anak sekolah di sekolah swasta yang cukup bagus dan tiap tahun bisa mudik ke Malang meski nebeng kakak ipar.  

Menjelang usia 40 kami baru terfikir untuk pergi haji. Itu juga karena kakak ipar saya baru berangkat haji. Tapi untuk mendaftar dan membayar tanda jadi untuk dapat nomer antrepun tak sanggup. 

Saya ingat ibu saya selalu berkata bahwa Allah Maha Kaya, mintalah apapun yang kau inginkan. Lalu mendengar kajian agar tidak segan-segan meminta kepada Allah SWT. Berdoalah sepenuh hati, perbanyak sholat malam, panjatkan doa di sepertiga malam terakhir. Dan terakhir, doa itu harus spesifik, harus detil.  

Baca juga: Tentang Bersyukur

Saya dan suami selalu berdoa. Doa saya sangat spesifik, saya minta ke Allah agar diberi kemudahan pergi haji dengan ONHPlus (istilah itu sekarang diganti menjadi haji khusus) sebelum usia saya 45.  Saat itu usia saya baru 40, baru mulai mengenakan hijab, dan belum mahir membaca Al Quran. 

Idul Adha tahun 2010, usia saya 44 tahun. Sepulang sholat ied, mendadak saja saya bilang ke suami, pak kita daftar haji yuk. 

Saat itu saya ingat di tabungan mata uang asing kami hanya ada sekitar USD3000 (kurs waktu itu Rp 9000). Tidak mungkin cukup untuk biaya ONH Plus 2 orang, bahkan untuk kelas 4 orang/ kamar. Tapi suami mengiyakan dan kami langsung mulai cari info. Kakak ipar yang belum lama pergi haji menyarankan pakai agen mereka yang ternyata lebih ekonomis dibandingkan travel haji ternama lainnya. 

Singkat cerita akhirnya kami mendaftar dan membayar tanda jadi dengan uang yang ada di tabungan. Biaya haji ONH Plus tahun 2010 sekitar USD6000 per orang untuk tipe quad, kalau tidak salah. Belum terbayang dari mana kami mendapatkan uangnya. Tahun itu anak ke dua akan masuk kuliah, dan yang bungsu akan masuk SMP.

Allah Maha Besar. Begitu pemilik travel haji menginformasikan bahwa kami bisa berangkat tahun 2011 dan harus melunasi, ada rejeki dari kantor suami. Besarannya pas untuk pelunasan. Sedangkan untuk kebutuhan anak sekolah alhamdulillah tercukupi dari tabungan pendidikan yang tiap bulan kami sisihkan.

Peristiwa yang saya anggap magikal itu mendorong saya terus menerus belajar menjadi muslim yang lebih baik, sampai saat ini. Ditambah lagi dengan wejangan dari ustadz pembimbing haji saat itu: Menjadi haji mabrur itu tidak mudah. Waktu di Mekkah dan Madinah, aktifitas kita hanya beribadah, tidak ada yang lain. Tidak ada gangguan pekerjaan atau rongrongan anak. Kita bisa fokus pada Allah. Tapi begitu pulang ke tanah air, berbeda. Inilah ujian yang sebenarnya untuk melihat apakah haji kita mabrur atau tidak. Jika kita bisa istiqomah menjalankan perintahNya di keseharian kita, tetap sholat wajib di awal waktu, tetap mengaji setiap hari, menjaga sholat sunnah, dan lingkungan sekitar mendapat manfaat dari kita, insya Allah itulah kemabruran.

Rejeki manusia memang sudah diatur oleh Allah. Tugas manusia adalah beribadah, bukan mengejar dunia. Bekerja keras dan berikhtiar tentunya wajib dilakukan, tapi tugas utama adalah beribadah.

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Allah memberi rizki pada mereka sesuai dengan pilihan-Nya dan Allah selalu melihat manakah yang maslahat untuk mereka. Allah tentu yang lebih mengetahui manakah yang terbaik untuk mereka. Allah-lah yang memberikan kekayaan bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya. Dan Allah-lah yang memberikan kefakiran bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya.” (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 6: 553)


Kembali pada kekuatan doa. Berdoalah dan yakinlah bahwa Allah akan mengabulkan doa kita. Mungkin tidak langsung, mungkin harus menunggu beberapa tahun, karena hanya Allah tahu waktu yang tepat untuk memberi sesuatu untuk kita.
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun